Folklor
selayang tentang folklor
Pengertian
Prosa Rakyat
Prosa rakyat adalah sebagian dari kekayaan budaya
sekaligus sejarah yang dimiliki oleh suatu bangsa.pada umumnya biasanya cerita
rakyat mengisahkan tentang asal muasal terjadinya atau terbentuknya sesuatu
atau tempat, beserta kejadian disuatu tempat. Tokoh-tokoh yang biasanya
diceritakan didalam cerita rakyat pada umumnya dideskripsikan dalam bentuk
manusia, binatang, maupun dewa.
Fungsi
Prosa Rakyat
Pada dasarnya
fungsi dari cerita rakyat adalah sebagai sarana penghormatan, akan sesuatu hal
yang dianggapnya mempunyai nilai luhur tersendiri, meneguhkan kepercayaan
rakyat. selain itu juga sebagai suri tauladan pembelajaran terutama prosa
rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral, hiburan, serta menjadi
tradisi pada suatu masyarakat tertentu seperti halnya yang ada pada jurnal yang
berjudul “The Woman Married of Horse”.
Jenis
Prosa Rakyat
Jenis prosa rakyat terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Prosa rakyat jenis cerita yang terdiri dari : mite
(myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale).
o
Mite
adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar dianggap terjadi dan dianggap suci
oleh yang mempunyai cerita. Pada mite peristiwa cerita terjadi di dunia lain,
oleh karena itulah mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa.
o
Legenda
adalah cerita prosa rakyat yang hampir mirip dengan mite, tetapi dianggap tidak
suci dan kejadiannya dianggap benar-benar terjadi. Legenda bersifat sekuler
(keduniawian), terjadinya pada masa yang lampau. Legenda sering sekali
dipandang sebagai “sejarah (folk history)” walaupun dikarenakantidak tertulis
dan telah mengalami distorsi, sehingga sering kali berbeda dengan kisah lainnya
dalam versi yang berbeda. Legenda ditokohi oleh manusia, walaupun ada kalanya
mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan sering kali dibantu makhluk-makhluk gaib.
o
Dongeng
adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai
cerita dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
2. Prosa rakyat kedalam fantasi modern yang terdiri dari :
fiksi realitas dan fiksi realitas kontemporer. Fantasi modern bisa dikatakan
sebuah cerita yang ditulis oleh seorang pengarang. Cerita ini berupa
dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil unsur-unsur cerita rakyat. Fiksi
realitis berisi cerita petualangan, detektif, misteri atau humor.
Contoh Prosa Rakyat di Indonesia
Berikut adalah
contoh beberapa cerita prosa rakyat yang ada di Indonesia, yaitu :
o
Mite
Cerita
tentang Nyai Roro Kidul, Dewi Sri (dewi padi) dsb.
o
Legenda
Cerita tentang asal nama kota Banyuwangi,
cerita terjadinya Gunung
Tangkuban perahu,
Cerita tentang terjadinya Danau Toba dan Pulau Samosir dsb.
o
Dongeng
Cerita Si Kancil, Timun Emas, Jaka Tarub dsb.
Perkembangan Prosa
Rakyat di Indonesia dari Waktu ke Waktu
Di Indonesia prosa rakyat, tidak hanya semata-mata
datang dari kebudayaan lokal di
daerah-daerah Indonesia. Prosa rakyat yang ada di Indonesia pada efek lingkup
kesusteraan lama di Indonesia, dengan memberikan bentuk baru pada sastra
nasional. Hal ini disebabkan pengaruh dalam perkembangan agama-agama yang masuk
ke Indonesia
seperti Hindu, Kristen, Islam dan lainnya. Berkaitan dengan hal itu, legenda juga mengalami distorsi dan migrasi
yang menyebabkan adanya perpindahan alur cerita, tokoh, waktu dan sebagainya
dari satu tempat ke tempat lain, dan dapat berkembang ke ranah pembaca yang
luas. Hakekat tersendiri dari legenda pada kepemilikannya terhadap siklus atau dapat
dikatakan sebagai karya sastra yang berkisar diantara satu tokoh atau daerah
tertentu. Dongeng yang merupakan bagian dari prosa rakyat, memiliki struktur
sama seperti sedia kalanya hingga saat ini yang terdiri dari bagian pembuka
(introuksi), isi
(klimaks) dan terakhir
tentunya bagian penutup hanya saja di era ini ceritanya
ditambahi dengan gambaran-gambaran yang lebih modern.
Pemaknaan di Balik Prosa Rakyat
Pemaknaan suatu prosa rakyat, haruslah memperhatikan
kolektif (folk) yang memiliki suatu versi cerita. Karena
jika mengetahui kolektifnya, dapat
ditentukan kategori suatu cerita. Misalnya pada cerita Adam dan Siti Hawa, bagi
penganut agama Nasrani dan Islam dari folk adalah “Mite”. Namun bagi penganut
agama-agama lain yang berkependidikan modern, bisa saja cerita tersebut
dianggap sebagai “Legenda”, bahkan ada kemungkinan juga sebagai dongeng belaka.[1]
Berdasarkan hal tersebut, untuk menentukan apakah suatu cerita termasuk mite,
legenda, ataukah dongeng, harus juga mengetahui keadaan folk pemilik atau pendukung cerita itu. Hal ini
digunakan dalam pengkajian dan penganalisa dalam cerita rakyat yang dengan
versi-versi atau varian-variannya.
ini nih salah satu contohnya, persembahan prosa rakyat dari Cina "legenda ulat sutra"
THE
WOMEN WHO MARRIED A HORSE
Gambar: blogcampurku.blogspot.com |
Cerita rakyat Cina ini,
pertama kali ditemukan pada abad keempat koleksi Sou-shen chi, kisah cerita rakyat Cina yang muncul dari
waktu kewaktu di kolektifkan dari cerita lisan.
Wolfram Eberhard (1 937, 79-80)
memberikan paradigm berikut:
Versi
Pertama : Pada suatu masa diceritakan ada seorang gadis perempuan
yang hidup sendiri di rumah, ayahnya telah lama berada di sebuah Camp peperangan (militer) yang tidak diketahui
keberadaanya.
Perempuan itu hidup dalam keadaan miskin dan menyedihkan, hanya tersisa rumah dan
seekor kuda. Setiap hari perempuan itu merawat kuda jantan itu hingga pada suatu
hari dia berkelakar dan berkata “jika kau bias menemukan dan membawa ayahku pulang
aku janji akan menikahimu”. Tanpa diduga sang kuda menanggapi ucapan itu dan tiba-tiba
berpacu dan berlari hingga dia berhasil menemukan posisi ayah perempuan. Sang
ayah tercengang melihat kedatangan kudanya yang terus meringkik itu dia berprasangka
bahawa ini suatu pertanda karena tidak biasa kuda bertingkah seperti itu maka dengan
menunggang kuda dia segera pulang menemui anaknya. Sesampainya di rumah dia segera
menemui putrinya. Setelah mengetahui keadaan putrinya sang ayah memberikan banyak
jerami pada kuda karena telah membawanya pulang dari daerah yang jauh.
Pada suatu hari saat sang
ayah member banyak jerami kuda itu menolak seperti tidak berselera namun ketika
melihat perempuan itu kuda tersebut Nampak senang dan bergairah. Sang ayah
mencurigai gelagat kuda pada putrinya secara diam-diam dia bertanya pada putrinya
kenapa kuda tersebut betingkah seperti itu pada putrinya kemudian perempuan itu
menceritakan janji yang telah dibuat dengan sang kuda. Sontak, sang ayah kaget dan
berkata “jangan ceritakan hal ini, jangan sampai kau menjadi aib keluarga dan jangan
pernah lagi membiarkan kuda itu melihatmu”. Kemudian sang ayah membunuh kudanya
dengan busur panah dan membuangnya keluar halaman, mengetahui hal itu sang
perempuan sedih dan menguliti kuda itu agar tidak diketahui ayahnya kulit kuda itu
ia titipkan pada tetangganya. Saat ayahnya tidak ada ia mendatangi tetangganya dan
mengambil kulit kuda (horsehide) itu ia merayap dan membungkus dirinya dengan
horsehide kemudian bangkit dan pergi. Tetangganya ketakutan dan tidak berani menceritakan
hal itu kepada ayah siperempuan.
Sampai berhari-hari
sang ayah mencari keberadaan putrinya dan bertanya kemana-mana. Hingga akhirnya
tetangganya mendatanginya dan membawanya kesebuah pohon besar disitu dia menemukan
putrinya dengan horseheid berada pada cabang pohon dan berubah menjadi ulat
sutra yang berputar-putar menjadi kepompong dan mengeluarkan benang-benang halus
yang kian lama semakin banyak.
Versi kedua : Seorang pria pergi ke medan perang, meninggalkan rumah
tangganya, dan istri dari pria tersebut, setelah bertahan perasaannya sendiri
kesepian, akhirnya berjanji bahwa siapapun yang dapat
membawa kembali suaminya akan memiliki putrinya sebagai istri. Lanjut cerita,
ternyata yang membawa pulang suaminya bukanlah manusia, melainkan seekor kuda yang
telah pergi dan menjemputnya. Putripun mengabulkan janji yang telah dikatakan
ibundanya tersebut. Putri menjadi perhatian terhadap kuda tersebut, dan kuda
tersebut, setiap kali ada putri, ia menjadi bersemangat. Lambat laun, ayahnya
mengetahui akan hal tersebut dan mengangap hal tersebut sebagai aib keluarga
dan kemudian dia mnyergap, menembak dan membunuh kuda itu dengan panah. Kemudian
kuda tersebut dibuang ke halaman kering dan berlalu ia berlalu pergi. Melihat
peristiwa itu, putri tersebut tidak sampai hati dan bersedih, hal yang ia
lakukan setelah itu yakni melucuti kulit kuda tersebut.Setelah kulit kuda
terlucuti, putri menitipkan kulit itu kepada tetangganya, dikarenakan
ketakutannya jika hal tersebut sampai
diketahui ayahnya. Tetangganya pun heran dengan kejadian tersebut dan
berkatalah ia pada kulit kuda yang sedang dititipkan kepadanya, "Anda
adalah binatang, namun Anda ingin seorang manusia untuk istri Anda?"
[Tetangga]. Pada suatu hari, putri mengambil kulit kuda yang ia titipkan kepada
tetangganya tersebut. Saat putri itu mengambil kulit kuda tersebut, putri itu
membungkuskan diri dengan kulit kuda tersebut dan berlalu pergi. Tetangga itu menjadi
ketakutan, dan berupaya segera melakukan penyelamatan terhadap dirinya. Lalu,
ia pergi kerumah putri itu untuk menemui sang ayah dan mengatakan kepada ayah. Mendengar berita
itu, sang ayah segera mencari putrinya. Ia terus berjalan dan bertanya di mana-mana akan keberadaan
putrinya, namun ia tidak bisa menemukannya. Hingga, selang beberapa hari dia
datang ke pohon yang besar. Dia melihat dalam cabang pohon besar itu, ada
putrinya dengan balutan kulit kuda yang telah ia bunuh. Putri tersebut menjadi berubah
menjadi ulat sutra, yang berputar [kepompong]. Larva berputar menjadi benang-benang
halus yang terus-menerus dan dalam jumlah yang kian lama, kian bertambah.Denganjumlah
mereka meningkat sangat, akhirnya pohon ini disebut murbei. Untuk alasan ini
para petani semua bersaing untuk menanamnya dan sampai hari ini mengolahnya.
Jadi yang disebut "murbei ulat”.
Refleksi
cerita rakyat Cina The Women Who Married A Horse dalam kehidupan masyarakat Cina
Refleksi dan makna dari
cerita rakyat The Women Who Married A Horse pada kehidupan masyarakat Cina ini
kami paparkan berdasarkan uraian yang ada pada jurnal Alan L Miller dan kontruksi
pemahaman serta beberapa pendapat kami. Cerita rakyat Cina ini dipercayai sebagai
legenda asal mula ulat sutra yang menjadi salah satu komoditas bernilai dalam masyarakat
Cina. Dari cerita tersebut juga dapat
diketahui bahwa pohon besar yang menjadi tempat ulat sutra adalah pohon Murbei dan
makanan ulat sutra adalah daun murbei. Cerita rakyat ini juga melahirkan tradisi
masyarakat Cina pada masa dinasti Han permaisuri melakukan ritual pengumpulan daun
murbei yang ditujukan kepada dewa ulat sutra atas pengorbanannya. Ritual ini bermaksud
untuk menghormati seorang perempuan yang disebutnya Lady Wan-Yin atau putri Yin
agar senantiasa merawat ulat sutra. Kami berasumsi bahwa perempuan yang
dimaksud secara legenda adalah perempuan yang ada pada cerita rakyar Cina The
Women Who Married A Horse.
Selain itu terdapat motif
transformasi yang dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat Cina tentang proses
yang terjadi pada ulat sutra, kita dapat mengidentifikasi dalam versi chi
Sou-shen yakni :
1. Transformasi
horsehide dan wanita ke ulat sutera.
2.
Transformasi daun murbei menjadi benang
sutra.
3. Transformasi
tersirat dari ulat sutra menjadi ngengat.
Sebuah transformasi yang menggambarkan lahirnya
sebuah budaya dari alam (ulat sutra). Perempuan juga diibaratkan seperti ulat
sutra yang memakan daun murbei (mengandung daun murbei di dalam perutnya)
kemudian menjadi kepompong dan menghasilkan benang, perempuan di sini diposisikan
mempunyai peran sebagai perantara seperti saat mengandung roh di dalam rahimnya
hingga melahirkan anak.
Kuda sebagai hewan yang
berharga pada masyarakat Cina. Kuda yang menikah dengan perempuan pada cerita rakyat
tersebut dianggap mempunyai kekuatan dewa (suami ilahi) sehingga dapat mengahasilkan
sesuatu yang berharga (ulat sutra). Fakta lain yang mendukung bahwa yang dibunuh
oleh ayah perempuan pada cerita The Women Who Married A Horse adalah seekor kuda
menggambarkan kondisi folk di Cina pada
masa itu yang sering menggunakan hewan sebagai unsur ritual mereka yang
digunakan untuk sesembahan, penghormatan, pengukuhan atau penyucian. Bahkan pada
masyarakat nomaden di pinggiran utara dan barat kekaisaran yang beragama
Scythian hewan yang paling sering dikorbankan adalah kuda.
Penggambaran folk masyarakat Cina pada cerita The
Women Who Married A Horse menghasilkan sebuah analisis psikologis menghasilkan interpretasi
pandangan Cina tradisional sebagai masyarakat sangat patriarki dimana perempuan
tidak diberi status publik atau kekuasaan dan psikologis perempuan menjadi kebutuhan
yang diabaikan. Tercermin pada simbolisme
perempuan yang menikah dengan hewan (kuda) dan disitu dengan kulit kuda (horseheid) yang berkorban dan rela menjadi
kepompong gara-gara kesewenangan ayahnya.
Persamaan Pola Cerita
Cerita
rakyat sebagai foklor yang ada pada masyarakat di dunia sering memiliki pola
yang sama seperti pola hubungan atau pernikahan yang terjadi antara manusia dengan
hewan. Pola cerita yang mempunyai kesamaan telah dikarakteristikan oleh para ahli
foklor dengan indeks-indeks tertentu. Berikut adalah beberapa cerita rakyat di
dunia yang memiliki pola cerita sama:
Tale
1 Cerita rakyat India berjudul “The King and Lamia”: seorang raja yang jatuh cinta
dengan seorang gadis cantik yang sebenarnya adalah ular.
Tale
2 [=SSC 341] cerita rakyat yang mengisahkan seorang raja yang menjajikan kepada
siapapun yang bias membunuh musuhnya dapat mempersunting putrinya. Secara tidak disangka yang
dapat membunuh musuhnya adalah seekor anjing dan mau tidak mau sang putrid menikah
dengan seekor anjing.
Tale
3 [= SSC 342]: Seorang anak dikandung oleh uap (ch'i A) dalam bentuk seekor burung.
Tale
4 [= SSC 343]: Seorang wanita melahirkan telur, darimana seorang anak akhirnya lahir,
anak ini kemudian menjadi penguasa.
Tale
5 [= SSC 344]: Sebuah anak haram lahir, kemudian ditinggalkan di gunung, tapi tidak
mati.
Tale
6 [= SSC 345]: seorang anak selir yang disusui oleh seekor rubah dan dinaungi oleh
elang.
Tale
7 [= SSC 346]: Sebuah hamba keras kepala melarikan diri dan dikejar kesebuah gua.
Pemburunya mencoba membunuhnya dengan menetapkan api, tapi yang muncul dari asap
itu adalah roh-harimau.
Tale
8 [= SSC 347]: Seekor anak ular yang lahir dari seorang wanita.
Tale
9 [= SSC 348]: Seorang pria menemukan telur besar di tegalan dan kemudian lahir
seorang anak yang selanjutnya menjadi ular.
Tale
10 [= SSC 349]: Seekor burung-wanita memiliki bulu-gaunnya sto-len oleh seorang
pria yang memaksanya untuk menikah dengannya. Dia melahirkan seorang anak ular.
Tale
11 [= SSC 350]: Seorang Wanita yang
Menikah
dengan Kuda.
Tale
12 [= SSC 351]: Seorang wanita bernama Ch'ang-o mencuri obat mujarab keabadian dari
Hsiwang Mu, kemudian melarikan diri kebulan di mana ia berubah menjadi katak.
Tale
13 [= SSC 352]: Seorang wanita meninggal dan berubah menjadi ramuan yang aneh,
yang pada zaman dahulu digunakan untuk membuat pakaian.
Tale
14 [= SSC 353]: Seorang suami dan istri tinggal tersembunyi selama seratus tahun
dan berubah menjadi sepasang crane. Tiba-tiba suatu pagi satu Derek menjadi manusia
lagi.
Tale
15 [= SSC 354]: The Swan-girl: Seorang pemuda melihat burung dalam bentuk wanita
telanjang. Dia mencuri satu bulu burung tersebut (bajunya), yang selanjutnya membawa
petaka bagi perempuan itu karena tidak bias terbang lagi. Pemuda tersebut memaksa
dia untuk menikah dengannya dan tiga anak yang dilahirkan. Pada suatu masa perempuan tersebut menemukan Dia menemukan dirinya
bulu-garmennya dan ia dapat pergi.
Tale
16 [= SSC 355]: Selama pemerintahan Kaisar Ling-ti (r. 168-188 AD), seorang wanita
sedang mandi di bak air dan tidak mampu bangkit kemudian ia berubah menjadi kura-kura
laut.
Referensi
Danandjaya,
James. Folklor Indonesia. 2002.
Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.
Komentar
Posting Komentar