Suku Minangkabau


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Indonesia adalah Negara kepulauan yang mempunyai banyak pulau mulai dari garis 95º  bujur barat-141º  bujur barat berjajar daerah kepulauan dengan beraneka ragam corak ras, suku dan kebudayaan. Letak geografis inilah yang menjadi salah satu faktor munculnya keberanekaragaman suku dan budaya.Corak kesukuan dan budaya dari Indonesia bagian timur, tengah, dan barat memiliki khas masing-masing jika dikerucutkan.Tetapi semua itu semakin menambah kekayaan budaya Indonesia.
Pada Indonesia bagian barat dikenal beberapa suku seperti Suku Jawa, Madura, Batak, Minangkabau, aceh dan masih banyak lainnya.Semua suku tersebut mendiami daerah tertentu sebagai sentral dan mempunyai kebudayaan yang bercirikhas, tak terkecuali untuk Suku Minangkabau.Suku minangkabau yang bersentral di daerah Padang juga memiliki budaya yang menggambarkan latar belakang dan identitas mereka.Keunikan-keunikan budaya dan istiadatnya tentu menarik untuk dikaji lebih mendalam sehingga etos kebudayaan Minangkabau lebih tampak dan terasa.









1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Sejarah Kebudayaan Minangkabau?
2.      Dimanakah Letak Geografis dan Daerah Suku Minangkabau?
3.      Bagaimana Bahasa/dialek suku minangkabau?
4.      Apa Mata Pencaharian penduduk suku minangkabau?
5.      Bagaimana Organisasi social suku minang?
6.      Bagaimana Sistem Pengetahuan suku minang?
7.      Apa Kesenian suku minang yang menjadi cirri khas mereka?
8.      Bagaimana Sistem Religi yang dianut oleh suku minang?



1.3 TUJUAN
1.      Memberikan wawasan lebih mendalam tentang Suku Minangkabau.
2.      Mengetahui latar belakang dan sejarah suku dan budaya Minangkabau.
1.      3.Mengidentifikasi unsur-unsur kebudayaan yang ada sehingga dapat mengetahui lebih konkret khasanah budata Minangkabau.









BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Kebudayaan Minangkabau
            Berdasarkan historis, budaya Minangkabau berasal dari Luhak Nan Tigo namun sumber lain menyebutkan bahwa nenek moyang Suku Minangkabau berasal dari Par(h)iangan, Padang Panjang dan kemudian menyebar ke berbagai daerah.
Budaya Minangkabau pada mulanya bercorakkan budaya animisme dan Hindu-Budha.Kemudian sejak kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, adat dan budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam dihapuskan. Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Haji Sumanik, mendesak Kaum Adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang.
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah Perang Padri yang berakhir pada tahun 1837.Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai).Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariat Islam.Kesepakatan tersebut tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.Syarak mangato adat mamakai.(Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran).Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

2.2 Letak Geografis dan Daerah Suku Minangkabau
            Daerah asal yang dijadikan sentral kebudayaan Minangkabau adalah daerah Sumatra Barat (tidak termasuk kepulauan Mentawai), seiring dengan perkembangannya dan pegaruh derah rantau kebudayaan Minangkabau melingkupi daerah bagian barat Riau (Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu), pesisir barat Sumatera Utara (Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus), bagian barat Jambi (Kerinci, Bungo), bagian utara Bengkulu (Mukomuko), bagian barat daya Aceh (Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tenggara), hingga Negeri Sembilan di Malaysia.Dari uraian tersebut daerah rantau orang Minangkabau diketahui cukup luas, penyebaran orang-orang Minangkabau jauh dari daerah asalnya ini secara klasikal disebabkan oleh dua faktor.Pertama adalah keinginan untuk mendapatkan harta atau kekayaan dari hasil usahanya sendiri (terutama kaum laki-laki) tanpa nenggunakan tanah-tanah yang telah ada karena harta warisan hanya diperuntukkan bagi keluarga matrilineal. Faktor kedua adalah perselisihan-perselisihan yang menyebabkan orang merasa dikalahkan dan akan pergi untuk menetap di daerah lain.
            Orang Minangkabau mempunyai pandangan tersendiri terhadap bentuk wilayahnya, secara global terdiri dari republik-republik mini yang otonom bernama nagari-nagari.Wilayah dibagi menjadi dua yaitu nagari dan taratak, nagari adalah daerah pusat yang didalamnya terdapat aktivitas dan bangunan utama seperti lembaga kepemerintahan, pemukiman, masjid, balai adat pasar dan lainnya.Sedangkan daerah taratak adalah daerah pinggiran berupa lading, persawahan atau hutan.Namun seiring perkembangan kebutuhan administratif dan industrialisasi daerah taratak mulai hilang.
2.3 Bahasa
            Bahasa yang digunakan sebagai identitas Suku Minangkabau adalah bahasa Minangkabau yang mempunyai hubungan erat dengan bahasa melayu.Banyak kesamaan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu hanya saja terdapat perbedaan pada dialeknya.Daerah pemakaian bahasa MInangkabau dibedakan menjadi dua daerah besar, yaitu daerah /a/ dan daerah /o/.
Bahasa melayu
Dialek /a/
Dialek /o/
Penat
Panek
Ponek
Apa
A
Ano
Mana
Ma
Mano
Kapan
Bila
Bilo
Contoh: 

           
           





2.4 Mata Pencaharian
Orang minangkabau menggantungkan hidupnya pada tanah, artinya pekerjaan utama mereka adalah bertanam, bertani dan berladang. Di tempat yang subur dan cukup air orang minang biasanya mengusahakan sawah, sedangkan di daerah subur yang tinggi orang minang bertanam sayur-mayur untuk dijual seperti: kubis, tomat dan sebagainya. Pada daerah yang tidak subur difunakan untuk menanam tanaman seperti: pisang, ubi kayu dan sebagainya.
Bila di daerah pesisir orang hidup dari tanah dan juga dari hasil kelapa.Penduduk yang tinggal di pinggiran danau atau dipinggir laut hidup dari penangkapan ikan, tetapi pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan sambilan.
Semakin berkembangnya jaman, orang minang semakin kritis dan mempunyai anggapan bahwa menggantungkan hidupnya pada tanah tidak akan bisa menjadi orang kaya, sehingga mereka beralih dari bertani menjadi pedagang yang memilih diantara 3 lapangan yaitu: tekstil, kelontong, dan rumah makan.
Ada juga yang hidup dari kerajinan tangan.Diantaranya kerajinan perak dari koto Gadang, pembuatan kain songket dari Silungkang.Tetapi semakin digerusnya jaman kerajinan ini dipandang tidak mempunyai prospek karena orang-orang disana jarang yang masih memakai songket.

2.5 Organisasi sosial
            Salah satu bentuk organisasi social adalah sistem kekerabatan.Masyarakat minangkabau memperhitungkan garis keturunannya dari pihak ibu yang disebut garis Matrilineal.Seorang ayah dalam keluarga dalam tidak termasuk dalam keluarga isteri atau anaknya, sehingga keluarga batih (keluarga ayah/mertua dari pihak laki-laki) menjadi kabur dalam sistem kekeluargaan minangkabau.
            Anggota dari sebuah keluarga minangkabau dapat dihitung dari dua generasi diatas ego laki-laki dan satu generasi dibawahnya.
            Kesatuan keluarga yang terkecil seperti dijelaskan diatas disebut paruik (perut) dan kesatuan ini merupakan kesatuan yang benar-benar bersifat genealogis. Ada juga kesatuan lain seperti suku (klen matrilineal) dan kampueng.
            Sehubungan dengan penerapan sistem matrilineal dalam suku minangkabau, kepentingan suatu keluarga (seperti perjodohan, upacara adat, dsb.) diurus oleh seorang saudara laki-laki dari pihak keluarga ibu yang biasa disebut niniek mamak/mamak.Adat asli/zaman dahulu perkawinan dalam suku minangkabau menganjurkan agar anak laki-laki menikahi anak perempuan dari mamaknya dan mintuwo (bibik/istri mamak).Perkawinan endogamy seperti ini sebisa mungkin untuk dilakukan. Dalam perkawinan masyarakakt minangkabau tidak mengenal istilah mas kawin. Namun sebaliknya, di beberapa daerah justri pihak perempuan yang memberi uang jemputan berupa barang atau uang kepada pihak laki-laki sebagai lambing permintaan agar bersedia menikahi pihak perempuan.Dalam masyarakat minangkabau juga tidak ada larangan untuk laki-laki beristri lebih dari satu.
            Istilah-istilah sistem kekerabatan, diataranya urang sumando (laki-laki yang menikahi perempuan dalam satu klen/paruik), pasumandan (kaum kerabat perempuan dari pihak laki-laki), induk bako (keluarga dari pihak ayah), anak pisang (anak laki-laki dari sebuah paruik), datuek (pemimpin dari sebuah keanggotaan formil).

2.6 Sistem Pengetahuan
            AA. Navis dalam bukunya Alam terkembang jadi GurumenjelaskanBudaya Minangkabau mendorong masyarakatnya untuk mencintai pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sehingga sejak kecil, para pemuda Minangkabau telah dituntut untuk mencari ilmu. Filosofi Minangkabau yang mengatakan bahwa "alam terkembang menjadi guru", merupakan suatu adagium yang mengajak masyarakat Minangkabau untuk selalu menuntut ilmu. Pada masa kedatangan Islam, pemuda-pemuda Minangkabau selain dituntut untuk mempelajari adat istiadat juga ditekankan untuk mempelajari ilmu agama.Hal ini mendorong setiap kaum keluarga, untuk mendirikan surau sebagai lembaga pendidikan para pemuda kampong.
Setelah kedatangan imperium Belanda, masyarakat Minangkabau mulai dikenalkan dengan sekolah-sekolah umum yang mengajarkan ilmu sosial dan ilmu alam.Pada masa Hindia-Belanda, kaum Minangkabau merupakan salah satu kelompok masyarakat yang paling bersemangat dalam mengikuti pendidikan Barat.Oleh karenanya, di Sumatera Barat banyak didirikan sekolah-sekolah baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Semangat pendidikan masyarakat Minangkabau tidak terbatas di kampung halaman saja.Untuk mengejar pendidikan tinggi, banyak diantara mereka yang pergi merantau.Selain ke negeri Belanda, Jawa juga merupakan tujuan mereka untuk bersekolah.





2.7  Kesenian
a.       Arsitektur
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/West_Sumatra_Grand_Mosque_%28Development_Jan_2012_02%29.jpg/300px-West_Sumatra_Grand_Mosque_%28Development_Jan_2012_02%29.jpg
Arsitektur Minangkabau merupakan bagian dari seni arsitektur khas Nusantara, yang wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa.Sehingga banyak rumah-rumah tradisionalnya yang berbentuk panggung, menggunakan kayu dan pasak, serta tiang penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam. Namun ada beberapa kekhasan arsitektur Minangkabau yang tak dapat dijumpai di wilayah lain, seperti atap bergonjong.Bentuk gonjong diyakini berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang sekaligus merupakan ciri khas etnik Minangkabau.
b.      Masakan
Memasak makanan yang lezat merupakan salah satu budaya dan kebiasaan masyarakat Minangkabau.Hal ini dikarenakan seringnya penyelenggaraan pesta adat, yang mengharuskan penyajian makanan yang nikmat.Masakan Minangkabau tidak hanya disajikan untuk masyarakat Minangkabau saja, namun juga telah dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh Nusantara.Masakan Minangkabau merupakan masakan yang kaya akan variasi bumbu. Oleh karenanya banyak dimasak menggunakan rempah-rempah seperti cabai, serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, dan bawang merah.Kelapa merupakan salah satu unsur pembentuk cita rasa masakan Minang.Orang-orang Minang biasa menjual makanan khas mereka seperti rendang, asam pedas, soto padang, sate padang, dan dendeng balado di rumah makan yang biasa dikenal dengan Restoran Padang.Bahkan Rendang menjadi salah satu masakan khas Minangkabau yang telah dinobatkan sebagai sepuluh makanan terlezat di dunia.



c.       Literasi
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b4/Aksara_Minangkabau.jpg/150px-Aksara_Minangkabau.jpg
Aksara Minangkabau
Masyarakat Minangkabau telah memiliki budaya literasi sejak abad ke-12.Hal ini ditandai dengan ditemukannya aksara Minangkabau.Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah merupakan salah satu literatur masyarakat Minangkabau yang pertama.Tambo Minangkabau yang ditulis dalam Bahasa Melayu, merupakan literatur Minangkabau berupa historiografi tradisional.Pada abad pertengahan, sastra Minangkabau banyak ditulis menggunakan Huruf Jawi.Di masa ini, sastra Minangkabau banyak yang berupa dongeng-dongeng jenaka dan nasehat.Selain itu ada pula kitab-kitab keagamaan yang ditulis oleh ulama-ulama tarekat. Di akhir abad ke-19, cerita-cerita tradisional yang bersumber dari mulut ke mulut, seperti Cindua Mato, Anggun Nan Tongga, dan Malin Kundang mulai dibukukan.
Pada abad ke-20, sastrawan Minangkabau merupakan tokoh-tokoh utama dalam pembentukan bahasa dan sastra Indonesia.Lewat karya-karya mereka berupa novel, roman, dan puisi, sastra Indonesia mulai tumbuh dan berkembang.Sehingga novel yang beredar luas dan menjadi bahan pengajaran penting bagi pelajar di seluruh Indonesia dan Malaysia, adalah novel-novel berlatarbelakang budaya Minangkabau. Seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Merantau ke Deli dan Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Hamka, Salah Asuhan karya Abdul Muis, Sitti Nurbaya karya Marah Rusli, dan Robohnya Surau Kami karya Ali Akbar Navis. Budaya literasi Minangkabau juga melahirkan tokoh penyair seperti Chairil Anwar, Taufiq Ismail dan tokoh sastra lainnya Sutan Takdir Alisjahbana.
d.      Pantun dan pepatah-petitih
Dalam masyarakat Minangkabau, pantun dan pepatah-petitih merupakan salah satu bentuk seni persembahan dan diplomasi yang khas.Pada umumnya pantun dan pepatah-petitih menggunakan bahasa kiasan dalam penyampaiannya, Sehingga di Minangkabau, seseorang bisa dikatakan tidak beradat jika tidak menguasai seni persembahan.Meski disampaikan dengan sindiran, pantun dan pepatah-petitih bersifat lugas.Di dalamnya tak ada kata-kata yang ambigu dan bersifat mendua.Budaya pepatah-petitih, juga digunakan dalam sambah-manyambah untuk menghormati tamu yang datang. Sambah-manyambah ini biasa digunakan ketika tuan rumah (si pangka) hendak mengajak tamunya makan. Atau dalam suatu acara pernikahan, ketika pihak penganten wanita (anak daro) menjemput penganten laki-laki (marapulai).
Contoh:
  1. Anak dipangku, kamanakan dibimbiang (Artinya : anak diberikan nafkah dan disekolahkan, serta kemenakan dibimbing untuk menjalani kehidupannya)
  2. Duduak marauk ranjau, tagak meninjau jarak (Artinya : hendaklah mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, dan jangan menyia-nyiakan waktu)
  3. Dima rantiang dipatah, disinan sumua digali (Artinya : dimana kita tinggal, hendaklah menjunjung adat daerah setempat)
  4. Gadang jan malendo, cadiak jan manjua (Artinya : seorang pemimpin jangan menginjak anggotanya, sedangkan seorang yang cerdik jangan menipu orang yang bodoh)
  5. Satinggi-tinggi tabang bangau, babaliaknyo ka kubangan juo (Artinya : sejauh-jauh pergi merantau, di hari tua akan kembali ke kampung asalnya).

e.       Ukiran
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/97/Ukiranminang.jpg/200px-Ukiranminang.jpgMasyarakat Minangkabau sejak lama telah mengembangkan seni budaya berupa ukiran, pakaian, dan perhiasan.Seni ukir dahulunya dimiliki oleh banyak nagari di Minangkabau.Namun saat ini seni ukir hanya berkembang di nagari-nagari tertentu, seperti Pandai Sikek.Kain merupakan media ukiran yang sering digunakan oleh masyarakat Minang.Selain itu ukiran juga banyak digunakan sebagai hiasan Rumah Gadang.Ukiran Rumah Gadang biasanya berbentuk garis melingkar atau persegi, dengan motif seperti tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung.Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah. Disamping itu motif lain yang dijumpai dalam ukiran Rumah Gadang adalah motif geometri bersegi tiga, empat, dan genjang. Jenis-jenis ukiran Rumah Gadang antara lain kaluak paku, pucuak tabuang, saluak aka, jalo, jarek, itiak pulang patang, saik galamai, dan sikambang manis.
f.       Tarian
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/24/Tari_Pasambahan.jpg/200px-Tari_Pasambahan.jpgTari Pasambahan
Tari-tarian merupakan salah satu corak budaya Minangkabau yang sering digunakan dalam pesta adat ataupun perayaan pernikahan.Tari Minangkabau tidak hanya dimainkan oleh kaum perempuan tapi juga oleh laki-laki.Ciri khas tari Minangkabau adalah cepat, keras, menghentak, dan dinamis.Adapula tarian yang memasukkan gerakan silat ke dalamnya, yang disebut randai.Tari-tarian Minangkabau lahir dari kehidupan masyarakat Minangkabau yang egaliter dan saling menghormati.Dalam pesta adat ataupun perkawinan, masyarakat Minangkabau memberikan persembahan dan hormat kepada para tamu dengan tari-tarian. Jenis tari Minangkabau antara lain: Tari Piring, Tari Payung, Tari Pasambahan, dan Tari Indang.
g.      Bela diri
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2e/Silat_Minangkabaut.png/200px-Silat_Minangkabaut.png
Salah satu gerakan dalam Silat Minangkabau
Pencak Silat adalah seni bela diri khas masyarakat Minangkabau yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.Pada mulanya silat merupakan bekal bagi perantau untuk menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di perantauan.Selain untuk menjaga diri, silat juga merupakan sistem pertahanan nagari (parik paga dalam nagari).
Pencak silat memiliki dua filosofi dalam satu gerakan.Pencak (mancak) yang berarti bunga silat merupakan gerakan tarian yang dipamerkan dalam acara adat atau seremoni lainnya.Gerakan-gerakan mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukkan.Sedangkan silat merupakan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakannya diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.
h.      Musik
Budaya Minangkabau juga melahirkan banyak jenis alat musik dan lagu.Di antara alat musik khas Minangkabau adalah saluang, talempong, rabab, serta bansi.Keempat alat musik ini biasanya dimainkan dalam pesta adat dan perkawinan.Kini musik Minang tidak terbatas dimainkan dengan menggunakan empat alat musik tersebut.Namun juga menggunakan istrumen musik modern seperti orgen, piano, gitar, dan drum. Lagu-lagu Minang kontemporer, juga banyak yang mengikuti aliran-aliran musik modern seperti pop, hip-hop, dan remix.
Sejak masa kemerdekaan Indonesia, lagu Minang tidak hanya dinyanyikan di Sumatera Barat saja, namun juga banyak didendangkan di perantauan.Bahkan adapula pagelaran Festival Lagu Minangkabau yang diselenggarakan di Jakarta. Era 1960-an merupakan masa kejayaan lagu Minang. Orkes Gumarang pimpinan Asbon Madjid, merupakan salah satu kelompok musik yang banyak menyanyikan lagu-lagu khas Minangkabau. Selain Orkes Gumarang, penyanyi-penyanyi Minang seperti Elly Kasim, Ernie Djohan, Tiar Ramon, dan Oslan Husein, turut menyebarkan musik Minang ke seluruh Nusantara. Semaraknya industri musik Minang pada paruh kedua abad ke-20, disebabkan oleh banyaknya studio-studio musik milik pengusaha Minang.Selain itu, besarnya permintaan lagu-lagu Minang oleh masyarakat perantauan, juga menjadi faktor kesuksesan industri musik Minang.


2.8 Sistem Religi
            Orang minangkabau mayoritas beragama islam, bahkan bisa dibilang seluruh orang minang beragama islam, karena bila seorang minang tidak beragama islam itu adalah hal yang sangat aneh.
            Di minang orang hanya menganut agama islam secara nominal saja, tanpa melakukan ibadahnya. Mereka hanya sekedar mempercayai Tuhan, dengan kata lain bisa disebut islam ktp. Selain itu, orang minang ternyata juga percaya dengan hal-hal yang tidak diajarkan dalam islam, seperti percaya pada hantu yang mendatangkan bencana dan penyakit. Misalnya, kuntianak yang digambarkan seorang perempuan yang menghisap dari darah ubun-ubun para bayi.
            Tidak ada upacara-upacara keagamaan yang khas bagi orang-orang minang.Adanya adalah sembahyang hari raya puasa dan haji. Walaupun demikian dulu ada upacara keagamaan yang penting, diantaranya: upacara tabuik, upacara khitan dan khatam ngaji Qur’an serta upacara memperingati orang mati.
            Upacara tabuik dulunya ada di daerah pariaman dan padang,.Upacara ini adalah upacara untuk memperingati hari kematian Hasan dan Husain.
            Upacara khitan dan khatam ngaji Qur’an dulunya diadakan di beberapa daerah di minangkabau, berhubungan dengan peringatan-peringatan masa peralihan seperti, upacara turun tanah atau turun mandi yaitu upacara menyentuhkan bayi dengan tanah untuk pertama kali dan upacara kekah yaitu upacara memotong rambut bayi untuk pertama kali.
Dulu di minang juga ada upacara memperingati orang mati, selama tujuh hari berturut-turut setelah seseorang dikubur.Seperti halnya yang dilakukan di jawa yang bernama tahlilan dan do’a bersama, upacara memperingati orang mati ini diulang pada hari ke-40, ke-100, dan ke-1000.Namun pada jaman sekarang upacara jenis ini sudah dilupakan oleh kebanyakan orang di daerah minang.
Untuk sebutan kepada tokoh masyarakat, orang minang biasanya menyebut dengan sebutan manti, angku kali  ataukadi, tuanku atau syekh yang dianggap sebagai orang yang sakti. Konon katanya keadaan ini telah mulai hilangdari minang seiring dengan berkembangnya pencampuran kebudayaan dari luar.





2.9 Modernisasi adan Akulturasi
            Sifat kebudayaan yang dinamis membuat suku Minangkabau mengalami beberapa perubahan secara perlahan. Adanya modernisasi dan akulturasi seperti angin baru yang membawa nuansa lain masuk pada ruang kebudayaan suku Minangkabu. Modernisasi dan akulturasi membuat orang Minang merealisasikan diri mereka tidak hanya terpaku pada sistem adat, perubahan ini dapat dilihat dari contoh-contoh nyata, seperti mulai kaburnya faham pernikahan endogami (harus dalam suku, keluarga atau desa), adanya akulturasi budaya islam dan adat Minang, gaya arsitektur yang lebih moderen.
Persoalan modernisasi bukan lagi masalah baru dalam budaya Minangkabau, salah satu faktor terkuat yang mendukung adalah pendidikan. Pendidikan mempengaruhi gaya pikir orang minang, banyak diantara pemudanya melakukan urbanisasi untuk bersekolah. Dari sinilah dampak perubahan terjadi dan bisa dipastikan akan terus berlangsung.















BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
 Suku bangsa Minangkabau bisa dikatakan suku dengan kebudayaan yang  secara umum sudah banyak diketahui khalayak. Daerah asal atau sentral suku ini adalah pulau Sumatra tepatnya Sumatra Barat. Meskipun demikian bukan berarti orang Minang hanya ada di daerah Sumatra barat saja melainkan sudah banyak tersebar ke daerah-derah lain. Ada yang mengatakan asal mula nenek moyang orang Minangkabau dari daerah Luhak Nan Tigo ada juga yang mengatakan dari daerah parah(i)angan, Padang Panjang. Daerah yang meliputi
            Sebagaimana suku bangsa pada umumnya, budaya suku Minangkabau meliputi beberapa unsur sebagai pranata yang menjadikan suatu kebudayaan dapat terbentuk seperti: bahasa, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian dan sistem religi. Semua unsur pada kebudayaan Minangkabau memiliki khasanah dan etos tersendiri yang berbeda dengan suku bangsa lain.
            Seiring berjalannya waktu budaya Minangkabau bergerak secara dinamis. Adanya modernisasi, akulturasi dan berbagai pengaruh dari luar juga ikut mempengaruhi kehidupan orang-orang minang, tak pelak mulai dari gaya hidup dan beberapa sistem sudah mengalami perubahan sesuai dengan pengaruh yang masuk. Hal itu dapat dilihat dari contoh kecil seperti bentuk rumah sebagian orang Minang sudah mengikuti arsitektur modern dan berubahnya gaya busana atau upacara adat yang dibuat lebih kondisional. Namun dengan adanya perubahan tersebut tetap mencerminkan kekhasan budaya Minangkabu meskipun tidak senatural dari sebelumnya.



                                                              Daftar Pustaka

A, A. Navis. 1982. Alam terkembang jadi Guru. Bandung.
Koentjaraningrat. 1990. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarata: jambatan.          
http//Wikipedia.org/sukuminangkabau/Thousands pictures of West Sumatra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori-Teori Asaz Religi

Teori Evolusi Kebudayaan Part I

Sepercik Asa: Rupasampat Wahyabiantara