KORELASI FENOMENA URBANISASI PENDUDUK DI KOTA SURABAYA SEBAGAI DAMPAK MODERNISASI BIDANG SOSIAL-EKONOMI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Istilah
modernisasi telah gempar dibicarakan sejak beberapa dekade terakhir, terutama
pasca bergolaknya perang dunia ke-2. Perkembangan konsep modernisasi berawal dari negara-negara Eropa Barat dan
Amerika Utara pada abad ke-17 sampai ke-19 barulah setelah itu diikuti oleh
negara-negara di Asia, afrika dan Amerika Selatan¹.
Modernisasi telah, sedang atau akan dialami oleh setiap negara karena pengaruh
modernisasi akan terus berjalan selama negara-negara yang ada di dunia masih
saling menjalin hubungan.
Lingkup
modernisasi dalam kehidupan ini dapat dikatakan mencakup banyak hal secara
mutlak dan kompleks bahkan terkadang sulit untuk membuat batasan sampai mana cakupan
modernisasi tersebut. Calvin Goldscheider (1985:116) mengungkapkan modernisasi
tidak sama dengan perubahan sosial akan tetapi modernisasi sungguh mencakup
perubahan-perubahan sosial, stuktural maupun kultural yang paling nampak dan
yang besar-besaran, yang meliputi bagian-bagian penting di dunia.
Modernisasi
yang ada di Indonesia juga mencakup berbagi bidang kehidupan seperti IPTEK,
sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, demografi dan masih banyak yang
lainnya. Begitu juga modernisasi yang terjadi di bidang ekonomi sebagi contoh
modernisasi ini tampak sangat jelas kita lihat dengan berdirinya
industri-industri di kota-kota besar seluruh Indonesia, hal ini mempunyai
keterkaitan dengan aspek sosial. Mayoritas masyarakat Indonesia yang sebelumnya
bekerja di sektor agraris sudah banyak yang berpindah pada sektor industri
bahkan saat ini dapat dikatakan di setiap desa penduduk usia produktif
rata-rata bekerja pada sektor industri
sehingga terjadilah migrasi penduduk.
¹Secara
historis lihat dalam buku Soerjono Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar hlm.303
|
Perubahan-perubahan
yang terjadi karena modernisasi bidang sosial-ekonomi berupa berpindahnya
sektor mata pencaharian dan struktur sosial mengakibatkan adanya pepindahan(migrasi)
besar yang dilakukan oleh penduduk desa ke kota-kota besar (urbanisasi) seperti
Jakarta dan Surabaya. Faktor yang mendorong mereka untuk melakukan migrasi
cukup bervariasi seperti alasan pendidikan,
keluarga, urusan dinas dan lainnya. Namun bagi mereka yang mencari mata
pencaharian, urbanisasi dilakukan jelas
untuk mendatangi sektor industri karena telah menjadi pengganti lapangan
pekerjaan sebelumnya di desa. Pergerakan sosial yang dilakukan oleh penduduk
desa atau yang biasa disebut kaum urban
secara tidak langsung menggambarkan leburnya modernisasi ke dalam kehidupan
mereka. Kaum urban terpacu untuk bergerak pada modernisasi karena ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi sosial maupun ekonomi. Seiring
dengan membludaknya urbanisasi ini dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam,
sehingga banyak masalah sosial yang ada di kota dikorelasikan dengan
urbanisasi.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah
modernisasi sosial dan ekonomi itu?
2. Apa
korelasi modernisasi
sosial-ekonomi dengan migrasi penduduk (urbanisasi)?
3. Faktor
apa saja yang mendorong penduduk desa melakukan urbanisasi ke kota besar
seperti Jakarta dan Surabaya?
4. Dampak
apa saja yang terjadi di kota-kota besar sebagai akibat dari urbanisasi?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
arti modernisasi dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Dapat
mengorelasikan terjadinya migrasi dengan adanya modernisasi.
3. Mengetahui
faktor-faktor yang mendorong kaum urban melakukan migrasi ke kota-kota besar.
4. Mengetahui
dampak terjadinya urbanisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Modernisasi
Pegertian modernisasi mencakup
aspek kehidupan yang sangat luas dan mutlak, untuk itu perlu diketahui beberapa pendapat mengenai pengertian
modernisasi agar mendapat kemudahan dalam
memahaminya. Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politis. Sedangkan Soerjono Soekanto mengartikan bahwa modernisasi adalah bentuk
perubahan sosial yang terarah dan direncanakan (social planning) . Dari kedua
pegertian tersebut dapat dikontruksikan bahwa ruang modernisasi yang luas hampir
terjadi disegala bidang meskipun fokusnya lebih besar pada teknologi. Sebagai
bagian dari proses perubahan sosial yang dinamis secara teoritis modernisasi
tidak akan berhenti pada masa yang terjadi saat ini saja, tetapi akan terjadi
pula di masa mendatang dengan pola dan bentuk yang berbeda.
2.2
Modernisasi
Sosial-Ekonomi
A.
Modernisasi
Sosial
Perubahan
sosial yang terjadi akibat modernisasi tentu berkaitan dengan sisitem-sistem sosial
di masyarakat terutama sistem struktural dan sosio-kultural, Pola yang
sebelumnya bersifat tradisional berubah menjadi pola baru yang lebih terbuka
dan adaptif terhadap perkembangan yang ada. Modernisasi sosial ini merupakan
proses perubahan sosial seperti yang digambarkan oleh T. Parson dalam teorinya
mengenai perubahan sosial, menurut Parson masyarakat akan berkembang melalui
tiga tingkatan yakni primitif, intermediate dan modern kemudian dikembangkan
menjadi 5 tingkatan lagi yakni primitif, advanced primitive and arccheid, historic
intermediate, seedbed societies, dan modern societies. Parson meyakini bahwa
fase-fase tersebut akan terjadi dengan didorong adanya aspek kultural².
Unsur
pokok modernisasi sosial mencakup perubahan sosial yang terencana, sekularisme,
perubahan sikap dan tingkah laku, pengeluaran
pendidikan umum yang berat, revolusi pengetahuan melalui perluasan
sarana komunikasi³.
²Selengkapnya lihat dalam buku J. Dwi Narwoko-Bagong
S(ed) Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan hlm.350-351
³Lihat Tipe-tipe Modernisasi (http://fisip.uns.ac.id/blog/gundul/2010/11/15/resume-modernisasi).
|
B.
Modernisasi
Ekonomi
Modernsasi
yang terjadi di bidang ekonomi secara
global berwujud perubahan sistem ekonomi
tradisional ke bentuk yang lebih modern meliputi pola produksi, distribusi dan
konsumsi serta yang tidak kalah penting adalah berubahnya pola mata pencaharian
ke arah yang lebih modern. Modernisasi bidang
ekonomi memiliki pengertian perkembangan
atau kemajuan ekonomi yang ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan standar
hidup, revolusi teknologi, intensitas modal yang makin besar dan organisasi
birokrasi yang rasional, disamakan dengan modernisasi ekonomi. Ia mencakup
pembentukan sistem pertukaran moneter, peningkatan tingkat skill yang
dibutuhkan melalui teknokrasi, mekanisasi, otomasi dan akibat perpindahan
tenaga kerja4.
2.3
Korelasi Modernisasi
Sosial-Ekonomi dan Migrasi Penduduk di Kota Surabaya
Gejala yang ditimbulkan oleh modernisasi di bidang
ekonomi adalah munculnya industri-industri besar sedangkan di bidang sosial
adalah perubahan struktural dan sosio-kultural. Kota yang disebut sebagai human
settlement berperan sebagai pelopor terjadinya modernisasi memiliki kegiatan
manusia yang mempunyai life style
modern juga memiliki aktivitas perekonomian yang lebih praktis dan efisien baik
dalam bidang produksi, perdagangan dan usaha. Berbicara
modernisasi sosial-ekonomi
di kota besar seperti Surabaya
yang paling tampak adalah
adanya industrialisasi. Hal ini
dibuktikan dengan data yang penulis peroleh dari situs internet
(http//www.id.wikipedia/kota Surabaya.com) mengenai industri besar, pusat
perkantoran, dan pusat perbelanjaan modern sebagai bentuk dari modernisasi
ekonomi dan sosial yang berdiri kota Surabaya.
·
Industri Besar: PT Sampoerna Tbk,
Maspion, Wing's Group, Unilever, Pakuwon Group, Jawa Pos Group dan PT PAL, Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karangpilang
dan Margomulyo.
·
Pusat
perkantoran dan CBD: berada di sekitar Jalan Tunjungan,
Basuki Rahmad, Darmo, Mayjen Sungkono, HR. Muhammad dan Ahmad Yani.
·
Pusat
perbelanjaan (sebagai salah satu pencerminan life style/kultural masyarakat
modern): Ciputra World, Tunjungan Plaza, Pakuwon Trade Center
dan Supermall Pakuwon Indah (satu gedung), Mal Galaxy, Golden City
Mall, Bubutan Junction (BG Junction), Royal Plaza, City of Tomorrow
(CiTo), Surabaya Town Square (Sutos), Hi Tech Mall, Grand City Mall, Maspion
Square, MEX Building, Pasar Atum Mall, ITC Surabaya, Plaza Marina (dahulu Sinar
Fontana), dan Plasa
Surabaya yang oleh masyarakat Surabaya lebih dikenal dengan Delta
Plaza serta yang paling baru saat ini adalah Empire Palace, yang sekaligus
merupakan wedding mal pertama di Indonesia. Sedangkan pusat perbelanjaan
tradisional ternama di antaranya Pasar Turi, Pasar Atom, dan Darmo Trade Center
(DTC) yang dahulunya adalah Pasar Wonokromo.
4Dikutip
dari http://fisip.uns.ac.id/blog/gundul/2010/11/15/resume-modernisasi/
Gaya kehidupan kota, industri-industri besar dan aktivitas
perekonomian ini seperti magnet yang menarik penduduk desa agar bekerja di
sektor tersebut dari situlah fenomena migrasi penduduk timbul.
Robert. H. Laver menyatakan salah satu dari akibat
modernisasi adalah terjadinya demografi. Secara berkesinambungan salah satu
akibat utama dari demografi adalah retribusi penduduk, khususnya urbanisasi.
Urbanisasi yang merupakan bagian dari migrasi ini bukanlah sesuatu yang uniform
(seragam) dengan mortalitas atau fertilitas dalam demografi. Sehingga perlu
diketahui pemahaman yang lebih mendalam mengenai migrasi.
Kriteria ruang dan waktu sering digunakan sebagai pendefinisian untuk
migrasi. Lee (1969) mendefinisikan migrasi sebagai perpindahan yang permanen
atau semi permanen, sedangkan Mangalam mengartikan migrasi sebagai perpindahan
yang relatif permanen dalam suatu kelompok yang disebut kaum migran dari satu
lokasi ke lokasi lain5. Memang ada dua pengembangan mengenai definisi migrasi
penduduk yang pertama adalah adalah
perpindahan penduduk dari desa ke
kota yang bertujuan untuk menetap di kota. Sedangkan migrasi dalam konteks lainya diartikan hanya bersifat mobile saja yakni
perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap. Salah satu
bentuk migrasi penduduk yang ada di kota Surabaya adalah urbanisasi.
Sesuai dengan fenomena yang ada di
Indonesia urbanisasi adalah suatu proses terbentuknya kehidupan
perkotaan yang berbeda dengan kehidupan pedesaan, dalam konteks ekonomi, sosial
dan mentalitas masyarakatnya. Urbanisasi
penduduk dengan berbagai faktor yang terjadi di kota Surabaya setiap
tahun kian meningkat, Menurut
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, dalam
enam bulan pertama tahun 2011 , penduduk Kota Surabaya mengalami pertambahan
penduduk hingga 36.577 jiwa. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap bulannya Kota
Surabaya mengalami pertambahan penduduk mencapai angka 6.069 jiwa.
Adanya industri besar dan banyaknya aktivitas perekonomian di kota
Surabaya inilah yang berperan sebagai penyedia lapangan pekerjaan hingga menimbulkan
ketertarikan penduduk desa akan pemenuhan kebutuhan sumber mata pencahariannya.
Selain itu pendukung lain yang
menguatkan adalah kesan life style masyarakat kota lebih bebas, terbuka dan modern, fenomena
inilah yang menyebabkan terjadinya korelasi urbanisasi sebagai wujud dari
dampak modernisasi bidang sosial-ekonomi.
5Ibid hlm.4 (dalam buku hal.309).
|
2.4
Faktor-faktor
Pendorong Terjadinya Urbanisasi
Dibawah ini penulis akan berusaha memaparkan
faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi penduduk yang secara umum mewakili
urbanisasi di kota Surabaya.
A.
Faktor
Psikologis
·
Adanya dorongan
hati menuju modernisasi berupa n Ach (need for achievement, kebutuhan
memperoleh hasil dan prestasi)6.
·
Rasa
tanggung jawab terhadap keluarga.
·
Memiliki impian
sehingga harus merubah nasib
·
Malu akan status
pengangguran.
B. Faktor Sosial dan Ekonomi
·
Kehidupan
kota yang lebih modern dan mewah
·
Sarana
dan prasarana kota yang lebih lengkap
·
Banyaknya
lapangan pekerjaan di kota
·
Pendidikan
yang jauh lebih baik dari yang ada di pedesaan
·
Lahan
pertanian yang semakin sempit
·
Merasa
kurang cocok dengan budaya tempat asalnya
·
Terbatasnya
sarana dan prasarana yang ada didesa
2.5
Dampak
Negatif
Urbanisasi
di Kota Surabaya
Dibawah ini penulis akan berusaha memaparkan dampak
dari terjadinya migrasi penduduk yang secara umum mewakili situasi akibat
urbanisasi di kota Surabaya.
·
Munculnya
kawasan kumuh (slum area) yang bisa
menghambat perkembangan kota dan menurunkan nilai estetika dari kota itu
sendiri
·
Menaikkan
tingkat kerusakan ekologi di daerah perkotaan
·
Tingkat
kriminalitas meninggi, dan menghilangkan tingkat kenyamanan bagi penduduk
sekitar
·
Sifat
individual, gaya hidup konsumtif mendominasi pergaulan
·
Munculnya
kehidupan yang pragmatis dan apatis
·
Angka
penggangguran semakin tinggi dan masih banyak lainnya.
6 Pernyataan tersebut merupakan teori yang dikemukakan
oleh david. C. McClelland dalam buku Myron weiner Modernisasi
Dinamika pertumbuhan hlm 2.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Modernisasi sebagai bentuk dari proses social akan
selalu berjalan bahkan berkembang. Adanya modernisasi disegala bidang mencakup
aspek ekonomi dan social. Modernisasi di bidang social-ekonomi mengakibatkan
adanya migrasi penduduk (urbanisasi) kota-kota besar seperti Surabaya.
Urbanisasi dilakukan oleh penduduk desa karena berbagai faktor, dapat
diidentifikasi salah satu faktor terkuat adalah tersedianya lapangan pekerjaan
dan kehidupan sosio cultural. Selain itu adanya urbanisasi membawa dampak yang
berbagai macam untuk kota Surabaya seperti dampak ekologi, masalah social dan
masalah kemasyarakatan. Dari pemaparan diatas dapat ditarik benang merah bahwa realita-realita yang ada adalah korelasi
urbanisasi sebagai wujud dari dampak modernisasi bidang sosial-ekonomi.
Daftar
Rujukan
Goldscheider,
Calvin. Populasi, Modernisasi, Dan
Strukter Sosial. 1985. Jakarta: CV. Rajawali.
Mashud,
Mustain. 2004. Perubahan Sosial. Dalam Narwoko, J. D. & Suyanto, Bagong
(Ed), Sosiolgi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Predana Media.
Soekanto,
Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto,
Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan
Perubahan Sosiologi. Jakarta: Binacipta.
Weiner,
Myron. 1980. Modernisasi Dinamika
Pertumbuhan. Yogyakarta: Gajdah Madah University Press.
http//www.id.wikipedia.com
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/22/21275227/surabaya.kelebihan.beban.urbanisasihttp//www. dampak-urbanisasi-terhadap-kehidupan-di.html mustanirafif.blogspot.com/2012/06/).
Komentar
Posting Komentar