cerpen remaja


MENGGENGGAM AIR DALAM KEMARAU
            Huh…memuakkan gara-gara rem sepedaku rusak,aku nunggu ejmputan kang Udin lama gini banyak polusi,debu gak banget deh!! Celoteh resi dalam hati.Gadis berambut hitam panjang dengan bu mata lentik itu bernama resi, Resi Calista

Sebuah suara terengah – engah menyapanya…
“ mbak Resi sudah lama nunggu ya?? ” seketika itu Resi menoleh ke sumber suara
“ ya iyalah,pakek Tanya udah buruan deh kang pulang,lapar nih !!! balas Resi dengan nada sedikit marah.Motor matic putih itu pun segera melaju.Resi,Resi Calista anak manja dan egois,ambisius sekali,ia merupakan anak seorang juragan beras,salah astu orang terkaya di desanya. Anak tunggal pula jadi maklumlah sifatnya demikian.
                                                            ---o0o---
            Terlihat wajah putih bersih tertawa cekikikan di balik remang cahaya bulan,ia sedang duduk di teras rumahnya.Asyik sendiri dengan laptop putih bermotif bunga-bunga hitam.Ibu Resi keluar dari dalam dengan menenteng sajadah dan mukena ditanganya.”Resi,kamu gak shalat ayo berangkat ke masjid sama ibu,dari tadi cekikikan gak jelas gitu”.Omelan halus keluar dari perempuan setengah baya itu.
“iya,nanti dulu ma”…..
            Bu Mira berlalu begitu saja.Shalat,,hemm bukan prioritas utama bukankah pemikiran dan kerja itu kunci sukses.Cukuplah itu,begitulah presepsi gadis manja tentang shalat selama ini.
*
            Aroma wangi bunga tulip di pagi hari sudah semerbak,tapi bukan berasal dari tanaman tulip asli melainkan parfum Resi yang beraroma menyerbak.Mengiringi langkah kakinya menuruni anak tangga.Sayup – sayup perbincangan ke dua orang tuanya terdengar.
“iya lho pa,suaranya enak banget,bacaan qur’anya fasih lagi.Selain itu pa…denger – denger dia itu lulusan pesantren Kediri sekarang mau kuliah lho.malah pas mama Tanya seputar islam ke dia,logatnya ramah dan sopanmenanggapi mama.Panjang lebar penjelasan bu Mira,sedangkan Pak Herman ayah Resi hanya menganguk – angguk sambil menyeruput kopinya.
Siapa ya??? Tumben mama muji orang gitu banget jarang – jarang mama kagum sama anak di desa ini.Rei langsung mencomot roti tawar dengan selai nanas dan geloyor begitu saja,menaiki motor maticnya dan lenyap dari halaman rumah.Memang sudah biasa pergi ke sekolah tanpa pamit.

*

            Adzan magrib menggema,memanggil – manggil manusia untukmenuju kedamaian.Menuju kemuliaan memberikan ketenangan yang dirindukan setiap insan.Gemashalawat dan pujian terdengar bersahutan dari surau – surau.Suara lengkingan anak – anak yang bersemangat membawa suasana senja tak jarang tawa simpul terdengar di antara lantunan pujian mereka.

            Resi keluar rumah dengan membawa tas biru kecil berisi mukena.Papa dan mamanya hanya saling berpandangan melihat Resi akan pergi ke masjid,jarak masjid dengan rumah resi memang tidak terlalu jauh hanya 100  meter-an.
Seusai sholat Resi langsung melepas mukenanya tak memperdulikan jemaah wanita yang melihat kearahnya.Ia tampak gerah dan kepanasan ,setelah dzikir usai Resi duduk di serambi masjid ingin melihat orang yang diceritakan ibunya tadi pagi,Banyak jemaah yang sudah pulang,hanya anak – anak kecil yang masih ada.Mereka berkumpul di tengah serambi masjid dengan bangku – bangku di depannya.
   “Mau apa mereka?? Gak jelas banget”. Gerutu Resi yang mulai jenuh.Sudah dari tadi ia menunggu dan menyebarkan pandangannya,yang ada hanya pemuda desa yang biasa dia lihat datar.

            Suara salam terdengar tegas di depan kerumunan anak – anak kecil menyadarkan mata Resi yang hamper  layu.Seseorang berbaju koko coklat garis – garis berdiri di depan dengan senyuman sumringah pada anak – anak yang akan belajar mengaji.Anak – anak itu terlihat bersemangat dan riang.Bunyi nyaring mengeja huruf arab terdengar sangat keras,meriah.Sementara Resi masih memperhatikan sosok laki – laki itu.Di dalam hatinya ….Alah biasa aja,mungkin sama kaya cowok lainya. Cuma casing aja yang beda tapi ntar gue lihat dulu lah.
   Pengajian telah usai . . . .
Hanya tinggal 4 anak yang duduk melingkar di depan laki – laki itu kelihatanya mereka mendengarkan sebuah cerita.Resi melangkah menuju ke sana.

“Permisi” . . . . sapa Resi sok lembut.
Laki – laki itu mendongakkan kepalanya dan langsung menunduk lagi.
 “ iya “ . . . .jawabnya singkat.
Tidak sungkan – sungkan Resi langsung duduk di sampingnya mata Resi menciut melihat laki – laki itu menggeser tempat duduknya.
  “ What ?? dia piker aku setan apa . . .ku dekati malah menjauh.Sok suci banget sih ni orang”. Kata Resi dalam hatinya.
“ Maaf sebentar lagi ada adzan isya’ , saya mau pergi ambil air wudhu dulu, mbak dengan anak – anak ini ya”.Kata laki – laki itu seraya beranjak meninggalkan Resi.
  “ Huuuuh….resek banget sih”. Resi langsung pulang ke rumahnya,tidak ikut shalat isya’.Semenjak kejadian itu ia tidak mau pergi ke masjid lagi.Padahal hamper saja mendapakan pujian dari mamanya.Resi merasa harga dirinya dijatuhkan laki = laki itu.
*

Pukul 22.30 WIB (malam Minggu)
            Seorang gadis di atas motor matic putih terdiam di depan gerbang sebuah rumah besar.Resi kemalaman pulang dari rumah temannya gerbang rumahnya sudah terkunci,lampu rumahnya juga terlihat banyak yang dimatikan.Resi berfikir  bagaimana caranya bias masuk tanpa ketahuan kedua orang tuanya karena jika sampai ketahuan motornya biasa – bias di jual.Sepoi angin malam meniupi rambut panjangnya terdengar pula suara jangkrik dan burug hantu yang ada di atas pohon.Resi terlihat sedikit merinding ,karena jalanan juga terlihat sepi sekali.Akhirnya ia memutuskan untuk memanjat gerbangnya.Tangan Resi mulai memegang slah satu besi,belum sampai ujung. . . . .terdengar teriakan orang . . .
    “ MALING . . .MALING . . .MALING !!!!!!!!!
            Resi terperanjat.ia kaget dan langsung jatuh ke bawah menimpa maticnya.
Brakkk . . . .Resi terjatuh. Aduh. . . .pantatku . . .desah Resi agaknya kesakitan.Dua orang laki – laki berkalung sarung menghampirinya.
  “Lho  . . .Resih !! saya kira maling “ seru pemuda berbadan kurus menjulang.Resi menatapnya tajam makanya jangan asal,” untungnya gak ada orang yang bangun”. Meskipun jawabnya ketus Resi tak mampu menutupi guratan rasa malu di wajahnya apalagi di smping pemuda kurus itu (fandi) ada laki – laki yang tempo hari membuatnya kesal,sedangkan dua pemuda itu masih menahan tawa.
*

            Tanpa sadar lamunannya hanya berisi bayangan semu laki – laki yang sok,menurutnya,benci,kesal dan dendam yang Resi rasakan.Namun konyol juga kejadian yang ada setiap kali bertemu dengan laki – laki itu.Ia tersenyum,kemudian berdiri di depan cermin “Jangan panggil Resi Calista kalau gak bias ngehipnotis tu cowok.” Dari cerita ibunya ia tahu bahwa nama laki – laki shok itu adalah Rifki Al-shirazy. Anak kyai Ahmad seorang imam masjid di desanya.

*

            Seminggu kemudian  . . .
   Bau parfum beraroma tulip memenuhi kamar bercat biru muda,bando putih sudah menghiasi rambut hitam seorang gadis yang terlihat riang di malam itu.T- shirt biru softky dan celana jeans terlihat sangat necis di tubuh Resi.Ia bermaksud melancarkan propaganda kepada Shiraz.Resi ingin balas dendam dengan cara halus membuat Shiraz jatuh cinta kepadanya dan kemudian menyakiti perasaannya hal itu mungkin lebih dasyat ketimbang rasa malunya setiap kali bertemu dengan Shiraz.
*
Pukul 20.00 WIB
            Rumah bergaya joglo itu masih terang.Tampak dari jauh cahaya putih lampu belum padam.Langkah kaki agak canggung menuju ke rumah tersebut dan saat ini sudah sampai di depan pintu.
Assalamuala’ikum…
    “ wa’alaikumsalam “ jawab seorang laki – laki dari dalam,tak lama kemudian muncul wajah bersih Shiraz dari balik pintu. “Resi ??” ada apa ?
 “ aku gak disuruh masuk,he he he .Enggak ada apa - apa kok  Cuma pengen ngapelin kamu aja” jawab centi Resi
 “ Ehm gitu “, ada apa tanya Shiraz mengulang.Aku pengen ngobrol aja di luar.Resi melangkah menuju kursi kayu di teras,Shiraz duduk di sampingnya,tentu saja ada meja yang membatasi mereka berdua.Shiraz hanya diam namun tak lama kemudian Resi melontarkan sebuah pertanyaan.
“ Hemm, malam minggu gini kamu gak ke rumah cewekmu” ? ?
“ Enggak ” sahut shiraz cepat,
“ Kamu suka cewek yang pake jibab ya “??
“ iya “
“ kenapa “? , jawab yang sedikit panjang ya . . .masak dari tadi kaya tebak*kata, nge-bt in kamu he he
“ ya, menurutku gadis berjilbab punya inner beauty Srikandi islam”.
“ Berarti,maksud loh kita yang gak berjilbab gak punya itu “? Nada tinggi suara Resi dengan lirikan tajam.” Memang kenapa wanita harus berjilbab,toh sekarang banyak wanita berjilbab tapi hatinya busuk.Mending gini apa adanya, banyak juga dari mereka yang pakek jilbab demi fashion setelah itu bukak- bukan an, munafikkan ?? cerocos Resi.
Shiraz hanya tersenyum simpul memandang sinar bintang yang berkelap – kelip jauh di celah selimut hitam malam.Tidak salah Res apa yang kamu katakana itu, tapi bagaimanapun dalam syariat islam sudah tertera jelas bahwa wanita harus menutup seluruh auratnya.
 Kenapa demikian ?”
 “ Kenapa ?”
 “ karena,perempuan dalam pandangan islam adalah sebuah perhiasan, sebuah batu permata yang berkilau sehingga untuk menjaga dan melindungi keindahannya harus diberi hijab “ Penutup “ yang rapat agar keindahannya itu tidak terbuang sia – sia dan tanpa arti. Resi hanya terdiam memikir kalimat bijak dari teman duduknya.
“ Hey, maaf ya kayaknya aku udah ngantuk nih aku masuk dulu.” Kata Shiraz sambil menata sandal putih di kakinya.Sambil melirik gadis disampingnya ia beranjak masuk ke rumah.
“ Oh ya Res,nanti kalau kamu pulang tolong pagarnya kamu kunci sekalian ya “ kata Shiraz datar dan kemudian masuk ke dalam rumahnya.
“ What !!! gitu aja tanpa kesan,mana aku ditinggal sendiri,di suruh ngunci pintu pagar lagi,ngeselin banget sih ni orang” gerutu  Resi sendiri lalu segera beranjak menaiki matic putihnya.
  “ Hemm, tapi ngagumin juga hehe.” Senyum kecil terdengar dari gadis berambut legam itu.
*

            Kesunyian malam mulai terasa, sayup angin malam membawa hawa dingin yang bias dirasakan siapa saja.Desa yang tentram membawa ketenangan kepada setiap orang yang belum terlelap dalam tidurnya.Lambaian korden biru terus melayang menemani sang gadis dengan mata menerawang ilusi.Ilusi sebuah kalimat yang sampai malam itu membuat hatinya resah gelisah,bersalah dan ingin menyembah. “ Perempuan berarti sangat istimewa sngat mulia.Sampai – sampai semuanya harus dilindungi, diberi hijab demi menjaga keindahannya, semua itu berarti Allah menciptakan perempuan begitu mulia dan indah.Bagaimana mungkin semua itu bias tidak kusadari.Malah – malah aku memperlihatkan semuannya, aku tak menjaganya.Padahal ini semua rahmat dari Allah, berkat dan nikmat.
Nikmat tuhan manakah yang engkau dustai ?? aku tak pernah mensyukuri semua ini, aku tidak pernah bersujud untuk memuji dan berterima kasih pada-Nya.
            Resi tersiak,segeralah ia menuju kamar mandi untuk berwudhu.Jam 02.30 WIB wajah putih bersih berlabu mukena bitu sudah meratap dalam stjud kepada AL-MUTAKABBIR. Tuhan maha besar.
*
Lima minggu berlalu . . .
            Sajadah dan Al-Qur’an sudah sering ia buka.Pakaian panjang dan sedikit longgar juga sudah sering ia kenakan hanya saja rambut indahnya belum berhias kain panjang.Ia duduk serius di meja belajarnya sibuk memilih jawaban dari paket soal sosiologi yang bersampul biru.Banyak sikap dan cara hidup berubah.Hanya karena sebuah kalimat pendek yang pernah ia dengar,dari oarng yang ia kagumi.
            “ Resi, bias minta tolong belikan pembersih lantai sekarang nak?” Suara bu Anita,ibu Resi dari lantai bawah.
“ Hemm iya  . . .mah .” jawabnya singkat
Resi segera menuruni tangga,mengambil kunci motor mamanya dan uang di atas meja makan.
   “ Beli berapa ma? Rasa apa ?. Tanya Resi kepada mamanya yang sedang sibuk dengan adonan kue coklat di dapur.
  “ Beli 2,sekalian yang botol besar ya, rasa apa aja tapi kalau bias rasa apel aja,nanti langsung kasih ke mbak minah di kamar mandi belakang.”
  “ Ok ma.” Jawab Resi dengan tersenyum ia beranjak keluar
  “ Hati – hati ya “

            Keluar dari sebuah toko TOSERBA.Resi menenteng kantong plastic berisi 2 botol pembersih lantai dan 3 bungkus wafer rasa strawberry.ketika hendak menstater motornya seorang laki – laki menyapanya dengan senyum kemudian hilang segera dari pandangannya karena laki – laki dengan motor hitam metallic membelok ke perempatan jalan.
   “ Shiraz,” hati Resi bergetar rasa riang menghampiri detak jantungnya.Musim semi di hatinya agaknya mulai datang,kuncup mawar dengan embun pagi terlihat mendamaikan di alam sanubarinya.ah…inikah cinta.


*


            Pagi dengan gerimis menjadikan basah tanah yang hitam,rumput hijau di halaman basah dan lembab ujung – ujung daun meneteskan lentik air ke tanah.
  “ Pa, Ma Resi berangkat dulu. “ Seloroh gadis berambut panjang dengan jas hujan biru muda.Ia menyalami ke dua tangan papa mama-nya.
  “ Ya hati – hati,jalannya licin “ sahut sang mama.
*
            Gerimis bening turun kembali dari lapisan langit yang tertutup oleh awan hitam saat doa sehabis shalat berlangsung,Magrib yang sejuk seperti hati Resi yang semakin sejuk oleh salju ke Maha hidayahnya Allah.Setelah usai shala Resi menerawang sekitar serambi masjid sepi berbeda dengan biasanya yang selalu rame oleh tawa anak – anak kecil asuhan Shiraz. Shiraz kemana? Gak ada . . .tumben. Salah satu anak kecil berlari didepan Resi
  “Hey, dik . . .!!” seketika anak kecilpun menoleh
  “ Iya “ jawab anak kecil itu dengan polos
  “ Kog,enggak ngaji”?? Tanya resi sedikit menyelidik
  “ Enggak, ustadz Shiraznya gak ada, pindah “ sahutnya
Seraya berlari meninggalkan Resi yang berdiri dengan fikiran bertanya – Tanya di dekat tiang kokoh Masjid.Sejak malam itu Resi tau dari Fandi, teman Shiraz bahwa laki – laki yang ia kagumi itu telah pindah ke luar kota.Seluruh anggota rumahnya juga tel`h pindah.Ternyata malam itu tidk hanya lapisan troposfer saja yang dituruni hujan gerimis melainkan juga hati seseorang gadis yang sekarang tengah menerawang cahaya lampu malam dari balik candela kamarnya, gerimis yang melebihi air, yaitu gerimis perasaan yang baru bersemi dan sekejap menjadi gugur, gugurnya disertai gerimis air mata dari sungai kecil dipelupuk matanya.
*
            Hari yang cerah, hari ini adalah hari syukuran bersama kelas Resi XII IPS 5 karena semua muridnya lulus Ujian Nasional (UN). Wajah – wajah sumringah terlukis dari semua murid XII IPS 5.Gelegak tawa, cerita – cerita konyol dan haru sedih perpisahan merebak pada moment itu hampir lima jam mereka berkumpul mengitari tumpeng syukuran.Dan tepat jam 13.00 WIB mereka berpisah untuk melanjutkan langkah setelah lulus SMA.

Dalam perjalanan . . . . . . . . .
Hemm  . . . . gak terasa aku udah mau kuliah, ada yang beda gak ya nanti, gaya hidup,prospek,fashion,teman,pacar . . .??????? pikiran – pikiran liar Resi mengalir dengan sendiri, tanpa dia sadar kini sedang melewati sebuah rumah joglo.Dulu rumah itu adalah Shiraz kini telah dihuni orang lain, dia berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan maticnya lagi sambil menerawang dedaunan pohon yang jatuh ke jalanan.
            Terlukis keramahanmu di ranting akasia
Membawa ingatanku dalam diskusi ilmia, sebuah   pencerahan
            Memang itu menjamah hati  . . . .
            Tutur tegas dan kecerdasan melekat begitu terasa
            Aku hanya bias melihatmu dibalik candela,di balik kaca
            Sekena itu engkau ,maya namun seperti ada .  . .
            Mungkinkah engkau bias ku lihat lagi, Hei laki – laki ???
*
Tiga tahun kemudian . . .
            Kerudung hijau muda melambai – lambai ditiup angin udara yang bergerak pemakainya  sedang sibuk mengatur ke-2 MC sebuah acara “ Ajeg Budaya Nasional” di lapangan luas milik UNIVERSITAS PADJAJARAN. Resi sedari tadi menjelaskan komando yang harus dilakukan ke-2 MC di depannya, setelah selesai mengcroscek acaranya pun segera di mulai.
Minggu pagi yang cerah,setelah ke-2 MC memberi sengatan semangat ajeg budaya suara – suara manusia yang terlihat seperti kerumunan rayap di atas kayu rapuh sontak bersorak “ Lestari Budaya Nasional “. Acara dilanjutkan dengan performance berbagai macam budaya daerah.Resi yang sedari tadi sibuk mengontrol jalnnya acara dan pameran budaya berhenti saat melihat sosok familiar yang ada di atas panggung, ia maju beberapa langkah untuk menfokuskan pandangannya, dari jarak 50 meter ia mengenali orang itu.Mahasisiwi UNPADJ jurusan antropolgi itu tersenyum kecil dalam hati . Dia . . . . . . “ Rifki Al-Shirazy “.


Kini bintang – bintang sudah tertabur di alas langit  hitam malam.
 Jam 21.00 WIB . . . .
Suara angkutan peralatan panggung,tenda,back sound dll. Silih berganti, setelah lapangan luas yang tadinya ramai kini hanya tinggal beberapa puluh mahasiswa anggota BEM yang sedang berkumpul di sebelah lampu putih berukuran besar dengan pancaran terang.Mereka semua duduk melingkar, rupanya evaluasi kegiatan.Disana juga ada rekan undangan dari beberapa perguruan tinggi lainnya dijajaran undangan mahasiswa ITB Resi menangkap sosok itu lagi. “ Dia kuliah di ITB, pindah ke Bandung mungkin”.
            Tubuhnya terasa sedikit lelah,sebelum menaiki motor Resi memakai helm putih di kepalanya ,sebuah suara terdengar memanggilnya
  “ Ehm . . .apa kabar nona Resi ? ? ?” sambil melepas helmnya Resi melirik seorang laki – laki di sampingnya
  “ Emmm,ba . . .baik Shiraz,kok bisa disini ?” Resi pura – pura tak tahu mahasiswi antropologi itu terlihat sok polos.
  “ Iya.aku kuliah di ITB,teknik perkapalan ” terangnya sambil tersenyum.Euforia bunga cinta mulai sedikit semerbak di  dalam hati Resi.Belum sampai melanjutkan obrolan sebuah tangan halus perempuan menggandeng Shiraz.Perempuan dengan face ke-arab – arab an merajuk Shiraz untuk segera pulang
  “ Eh, Resi aku pulang dulu ya,semoga kapan – kapan bisa ketemu lagi,bay . ..Assalamualaikum “.
  “ Waa’laikumussalam “ lirih Resi.
            Baru saja Euforia bunga cinta bersemi,sekarang gugur lagi terlebih semuanya layu.tak hidup.Gelanyutan praduga memenuhi rongga otak Resi.
  “ Gak mungkin Shiraz berani menyentuh perempuan kecuali muhrimnya apalagi pegangan tangan perempuan itu erat sekali,berarti dia . . .” Ah kenapa semuanya muncul dengan menyakitkan,dulu dia  menghilang,sekarang muncul tiba – tiba di kehidupanku.Setiap kemunculannya menyakitkan hati  . . .ya Allah jika cintanya  bukan untukku ku mohon lenyapkan bayangan laki-laki itu dalam palung  jiwaku ini “ . . .isak Resi dalam tangisannya di malam yang dingin,sunyi tak berbisik di dalam kamar mungil kostnya.Cahaya binar rembulan yang  kelabu seirama dengan  hati Resi yang juga kelabu. Setelah harapan yang tak sebentar dalam setiap mimipinya untuk bertemu dengan dia, “ Rifki Al-shiraz “.
*
            Angin pagi yang ramah menyapa setiap wujud yang dilewatinya,membisikkan tasbih salam suci dari sang pencipta.Memberi kabar indahnya setiap apapun yang telah Tuhan ciptakan.Sebuah rumah dengan model minimalis putih bersih di area perumahan Alam permai,Bali.Terdengar dentingan piring dan gelas di dapur.Seorang perempuan dengan kerudung ungu motif bunga –bunga di sisi- sisinya sedang mendendangkan lagu sambil membilas piring dan gelas yang penuh dengan busa sabun,Setelah selesai ia menuju kamar tidur di lantai atas,mendatangi seorang laki – laki yang sedang focus di depan monitor laptop berukuran 14-inchi.
  “ Jalan – jalan yuk,mumpung hari libur” ajak perempuan itu sambil memegang ke dua pundak laki – laki di depannya.
  “ Hemmm,kemana sayang ?” katanya mesra jawab pertannyaan perempuan itu tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor.
  “ Ke kutub aja, disana kan gak ada kapal,gak ada desain biar kamu bias merhatiin aku “ jawab perempuan itu dengan nada sedikit jengkel sambil berjalan menuju jendela,menerawang bunga – bunga dan pohon – pohon hijau yang tertata rapi di halaman rumahnya.
  “ Wihh,ada yang gak enak hati nih iya – iya maaf sayang . . . .kita liburan ke Dream land aja sekalian honeymoon lagi.he he “ sahut laki – laki itu sambil memeluk istrinya dari belakang.
  “ Ih,apaan sih kamu” . . .sontak keduannya tertawa kecil,kebahagiaan tergambar diantara mereka berdua tak jauh dari tempat mereka berdiri terpampang sebuah foto besar di salah satu sisi dinding kamar itu.Foto pernikahan bergaya muslim dengan ukuran besar 40 R.Di bagian bawah foto itu terukir tulisan timbul
 “ Cinta di atas cinta,Rifky Al-shiraz & Resi Calista “
Sepasang suami istri itu adalah Shiraz dan Resi praduga Resi dahulu memang salah perempuan yang ia kira pacar Shiraz  adalah adik sepupunya.Berangsur banyak kejadian dan cerita akhirnya Shiraz dan Resi bisa bersama dalam kesucian sebuah ikatan pernikahan, setelah menikah mereka menetap di Bandung selama 5 bulan Shiraz bekerja dinas di Tanjung Priok Jakarta dan selalu pulang seminggu sekali sementara itu Resi menjadi guru antropolgi di salah satu SMA favorit di Bandung.Hingga ada surat perintah untuk pindah dinas ke pelabuhan Gilimanuk,Bali kepada Shiraz yang akhirnya membawa keduanya  pindah ke Bali,sekarang Shiraz mendapat dinas tetap di pelabuhan Gilimanuk,sementara itu Resi bekerja di departemen kebudayaan daerah Bali.
           Matahari pagi benar – benar  mencerahkan suasana pagi,hangat menyambut setiap peristiwa yang tak pernah disangka.Menerangi mereka yang berserah setelah berusaha,menghidupkan mereka yang tak pernah marah pada dunia.Mengiringi kebahagiaan Shiraz dan Resi dalam balutan ikatan suci setelah menggenggam air dalam kemarau.

The end


                                                 Alfi Indah Kumala Mj
                                                           Jombang,27 Juli 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori-Teori Asaz Religi

Teori Evolusi Kebudayaan Part I

Pendekatan Studi Media & Antropologi Media