Pendekatan Studi Media & Antropologi Media
A. Tiga
Pendekatan dalam Studi Media
Perkembangan
dan kemajuan peradaban manusia saat ini tidak dapat dielakkan lagi, terlebih
dengan adanya fenomena-fenomena kompleks yang terjadi pada manusia. Media
adalah salah satu dari banyak fenomena itu, media tak pernah luput dari perkutatan peristiwa manusia. Media merekam
fenomena-fenomena tersebut dan mempublikasikannya kepada khalayak. Dalam pendekatannya
media dapat dikaji melalui tigas aspek.
1. Pendekatan Ekonomi-Politik
Seringkali fenomena yang tampak
dipermukaan dapat dikaji lebih dalam dengan pendekatan ekonomi-politik sebagi
prolognya. Istilah ‘ekonomi politik’ diartikan secara sempit oleh Mosco
sebagai: studi tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan
yang saling menguntungkan antara sumber- sumber produksi, distribusi dan konsumsi, termasuk didalamnya sumber-sumber yang
terkait dengan komunikasi (Boyd Barrett, 1999: 186).[1]
Ada tiga konsep awal dalam pendekatan
ekonomi-politik yaitu[2]:
§
‘Commodification’
– segala sesuatu dikomoditaskan (dianggap barang dagangan).
§
‘Spatialization’
– proses mengatasi hambatan jarak dan waktu dalam kehidupan sosial.
§
‘Structuration’
– penyeragaman ideologi secara terstruktur.
Menurut pandangan kami jika tiga
konsep diatas diproyeksikan pada kondisi media saat ini memang bisa dilihat
realitasnya, dalam aspek ekonomi saat ini isi berita seperti sebuah dagangan
yang dijajakan kepada masyarakat dan dikonsep sedimikian rupa agar menarik
perhatian banyak masyarakat. Keadaan yang seperti ini menjadikan para reklamer berbondong-bondong untuk
mengiklankan produknya pada media tersebut dan secara otomatis profit yang
didapatkan media akan semakin banyak. Ambisiusitas media yang hanya mengejar
profit sering kali memuat berita yang hanya mengedepankan unsur sensasional
tanpa memperhatikan kebonafitan isinya. Di samping itu kecanggihan teknologi
juga dijadikan pendukung media untuk mengefektifkan cara kerja dan jangkauan
berita seperti adanya sistem distribusi kilat, mesin cetak dengan kecepatan
tinggi dan e-news yang bisa langsung diakses dengan internet sehingga
spasialisasi ruang dan waktu dapat diatasi dengan mudah. Jika disorot lebih
dalam konsep ke tiga dalam pendekatan ekonomi-politik juga Nampak di Indonesia
seperti seragam dan terstrukturnya beberapa media dalam sebuah ideologi,
misalnya: Indosiar (milik usaha Salim), ANTV dan TV One (milik usaha Bakrie),
RCTI dan MNCTV (milik mnc group yang di bawahi Hari Tanoe) yang pemiliknya
berlatar belakang pengusaha sehingga ideologinya pun serupa yakni media
dijadikan sebagai bisnis meskipun saat ini media juga dimaksudkan dengan
kepentingan lain.
Seperti definisi yang di uatarakan
oluh Brian McNair bahwa komunikasi politik mencakup aktor-aktor politik beserta aktivitas mereka, seperti yang
terdapat di dalamnews report, editorial, dan bentuk-bentuk lain dalam
diskusi media dengan
tujuan tertentu. Maka dari itu Isi media tak akan lepas dari tangan
penguasanya. Dalam kepentingan politik Isi berita bisa digambarkan sesuai
kemauan penguasanya sebagai ajang propaganda, pembentuk opini publik dan
memojokkan suatu kelompok atau personal. Realitas ini dapat kita lihat setiap
hari dari zaman Orba sampai zaman pasca Reformasi. Pada zaman Orba media pasti
tak akan melupakan nama Harmoko sebagi sang mandor, media seperti kehilangan
jati dirinya karena semua berita mutlak di bawah kontrol penguasa pada saat
itu, sehingga mau tak mau isi berita harus mendukung dan mencitrakan kebaikan
pemerintahan. Meskipun saat ini media gencar menyoroti dan mengritisi
pemerintahan tapi tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya elit politik tetap
ada di dalamnya, buktinya penguasa atau elit politik sering memojokkan lawannya
dan mengekspos pencitraan diri dan kelompoknya seperti Metro TV dengan wajah
Surya paloh dan ANTV-TV One dengah wajah Bakrie.
2. Pendekatan Organisasi
Apapun bentuk media pasti tidak akan
terlepas dari sebuah organisasai, karena media tersebut berada pada suatu ruang
dan lingkungan masyarakat. Media yang sarat dengan kehidupan di sekitarnya
pasti selalu berada di bawah naungan organisasi agar aktivitasnya dapat
terorganisir dengan baik. Maka dari itu dalam bergerak media terikat dengan
aktivitas organisasi, peraturan dan kebijakan organisasi yang menaunginya.
Dalam aksinya media tidak boleh sembarangan mengeluarkan wacana semuanya harus
megikuti aturan mulai dari pemilihan berita, pengolahan dan penerbitanya tak
ketinggalan pula kode-kode etik yang harus diperhatikan para pelaku media.
Selain pelaku utama dari pihak
internal media, organisasi media juga melingkupi tiga hal yang tak bisa
dilepaskan yakni para kolega media yang menjadi stimulus roda pendukung kelangsungan
media sebagai penyokong dana, politik yang menguasai daerah operasi dan
teknologi yang menjadi pendukung produktivitas media. Dari kaca mata kami
melihat hakikat media yang bersifat netral tidak mungkin akan terjadi karena
media hidup dalam suatu lingkup masyarakat yang mau tidak mau harus
memperhatikan aspek ekonomi dan politik yang ada di sekitarnya.
Setidak-tidaknya sifat netral media mungkin hanya bisa dinilai dengan kadar
kenetralan rendah atau tinggi.
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan kultural merupakan gabungan
dari pendekatan politik-ekonomi
dan pendekatan organisasi. Media pada dasarnya memang mempunyai
mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi, tapi berbagai pola yang dipakai untuk
memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan – kekuatan
politik-ekonomi di luar media.[3]
Ulasan di atas dapat memberikan suatu
gambaran bahwa media dapat menjadi hasil produk budaya masyarakat dan
memproduksi budaya masyarakat. Pertama sebagi produk budaya, berita yang ada
pada media merupakan fenomena-fenomena dalam masyarakat yang diolah sehingga
menjadi produk dari olahan manusia (berpola organisasi). Kedua sebagi pola
aspek ekonomi dan politik, media juga memproduksi budaya masyarakat, beberapa diantaranya
akan dijelaskan lebih lanjut. Salah satu fungsi media adalah menjalani peran
dalam menjembatani kepentingan satu pihak (industri, pemerintah dsb) dengan
masyarakat dari sinilah berkembang budaya konsumtif dalam masyarakat, budaya
ini dilandasi gencarnya produk-produk beserta promonya yang ditampilkan oleh
media. Gencarnya tanyangan produk-produk yang sering berganti setiap waktu
sering kali menggiurkan masyarakat untuk segera membeli produk tersebut dan
konsumtifisme pun tak dapat terelakkan lagi. Budaya lain dalam masyarakat yang
dihasilkan media adalah mainset dan cara berfikir masyarakat yang lebih kritis
terhadap pemerintah dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.
Banyak masyarakat yang berani menyuarakan masalah-masalah dan ketidakpuasannya
terhadap pemerintah tanpa harus takut lagi imbas dan akibatnya.
B. Media
Antropologi
Secara sederhana antropologi adalah
disiplin ilmu yang menjadikan manusia dengan segala aspek yang melingkupinya
atau dapat difokuskan pada unsur-unsur kebudayaan yang di dalamnya memuat seni,
bahasa, teknologi, mata pencaharian dan seterunya. Dalam mendatangi objek tentu
diperlukan media sebagai perantara penghubungnya. Media Antropologi dalam hal
ini kami simbolkan sebagai mediator antara antropologi dan objeknya, dan
mediator itu adalah metode ilmiah. Objek antropologi dapat dikaji lebih dalam
dengan metode ilmiah kualitatif Antropologi. Metode terpenting antropologi
adalah penelitian lapangan. (Koentjaraningrat, 1990:42) Dalam penelitian di
lapangan, peneliti datang sendiri dan menceburkan diri dalam suatu masyarakat
untuk mendapat keterangan tentang gejala kehidupan manusia dalam masyarakat itu.
Menurut pengalaman kami sebagai tindakan awal untuk pengumpulan fakta biasanya
peneliti melakukan observasi terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan wawancara kepada
informan sehingga hasil wawancara menjadi field
notes yang kemudian diolah agar menjadi suatu data yang dapat diverifikasi.
Unsur-unsur kebudayaan juga dapat
digunakan sebagi media Antropologi. Lewat bentuk konkret tesebut objek akan
lebih mudah dikaji. Selain sebagai objek unsur-unsur kebudayaan juga bisa
memegang peran sebagai media, jadi unsur-unsur tersebut mwmpunyai dwifungsi
sekaligus. Dengan bahasa, seni, IPTEK, mata pencaharian, orsos atau religi
fenomena-fenomena dan gejala budaya pada manusia dapat dikupas lebih dalam.
Sehingga dari suatu permasalahan yang dicari dapat ditemukan jawaban yang
relevan.
C. Antropologi
media
Ilmu itu dinamis, seiring berjalannya
waktu banyak disiplin ilmu yang mengalami perkembangan tak terkecuali
Antropologi. Meskipun perkembangan pesat Antropologi diawali setelah PD II
namun spesialisasinya tetap berjaln hingga saat ini. Pengkhususan ini terjadi
setelah dirasakan masalah-masalah praktis dalam masyarakat harus diberi ruang
tersendiri untuk mendalaminya. Spesialisasi atau cabang dalam disiplin
Antropologi mulai timbul seperti lahirnya Antropologi Kuliner, Antropologi
Pariwisata, Antropologi Global Lokal dan Antropologi Media-Komunikasi.
Perspektif kami melihat Antropologi
media yang kemunculannya bisa dikatan muda disadari perlu mendapat porsi untuk
dipelajari khusus. Media yang tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi karena
setiap masyarakat yang di dunia memilki pola dan media komunikasi yang
bebeda-beda sehingga hal ini perlu dianalisis lebih dalam. Hal ini bisa
dibenarkan karena harus diakui media dalam kehidupan masyarakat mempunyai internal power yang bisa menjadi
perantara dalam proses komunikasi. Selain itu adanya media mendukung komunikasi
dalam masyarakat berlangsung lebih tepat sasaran sehingga dapat merubah dan
mempengaruhi pemikiran masa. Pada saat ini kajian Antropologi media lebih
disorotkan pada media yang digunakan beserta dampak yang terjadi pada umat
manusia. Dampak itu mencakup gaya, pola dan fenomena akibat media dan berimbas
juga terhadap permasalahan lain yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Daftar
Rujukan
Dwi,
Liza. R. D. Media Massa dalam Pendekatan
Ekonomi Politik Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Budi Luhur, diakses 19 Februari 2013.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. 1990. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://sastradududewo.blogspot.com/2013/01/teori-semiotikpart-2.html, diakses 22 Februari 2013.
mantap mba
BalasHapus