Teori Imperialisme Kultural, Hermeneutik dan Fungsional



Gambar. Vivanews.co.id
Teori Imperialisme Kultural, Hermeneutik dan Fungsional
Keberadaan media sudah tidak bisa dielakkan lagi dalam pergumulan kehidupan manusia, sihir media akan membawa beraneka gejala pada masyarakat mulai dari hal sepele sampai masalah yang kompleks dari sinilah komunikasi masa terbentuk. Dalam memahami lebih jauh komunikasi masa, Antropologi mempunyai beberapa perspektif untuk mengupasnya yakni dengan beberapa pendekatan: cultural imperialism, hermeneutics, functionalist. Untuk mempermudah pemahaman ketiga pendekatan ini kami mengadopsi contoh dari Francisco Osorio[1] yang menggunakan TV sebagai salah satu contoh media dan pelaku komunikasi masa jadi pembahasan tiga pendekatan di atas secara general akan menggambarkan relasi antara manusia, televisi dan budaya.
·   Imperialsme Kultural
Teori ini mengutarakan bahwa orang dapat dipastikan akan terpengaruh oleh TV. Menurut kami Sajian-sajian TV berupa gaya hidup, fenomena, kepercayaan dan pemikiran akan menjadi konsumsi informasi bagi setiap orang yang melihatnya. Selanjutnya manusia hanya bisa berperan pasif dalam menerima sajian-sajian TV dengan mudah dan mengalir proses ini disebut absorption (penyerapan) budaya. Sebagai contoh yang bisa kita ingat bersama fenomena budaya K-Pop di Indonesia pada tahun-tahun belakangan hampir setiap hari TV menyajikan tayangan drama seri, musik dan life style Korea, TV memiliki magic power dalam memperlancar masuknya pengaruh budaya K-Pop ini kepada masyarakat Indonesia. Alhasil tak berselang lama budaya K-Pop telah menjamur pada masyarakat Indonesia terutama di kalangan remaja seperti selera film dan musik, fashion, boy&girl band dan segala hal dengan tema Korea meskipun pengaruh budaya ini hanya bersifat periodik. Menurut kami ada satu lagi bentuk imperealisme kultural yang seperti malah tidak matinya yaitu imperialisme barat yang menyuguhkan budaya mereka, media barat menjadi penguasa media dunia tetap lancar mengalirkan pengaruh budaya mereka pada masyarakat dunia ketiga yang orang-orangnya sering menganggap bahwa peradaban barat lebih maju dan kebanyakan patut untuk ditiru padahal bisa dipastikan tidak semua budaya barat memiliki koherensi dengan kondisi lingkungan dan budaya asli yang dimilki masyarakat itu sendiri.
Teori ini tak lepas dari kritik, teori ini dinilai terlalu menganggap audiens terlalu pasif dalam menyerap budaya yang ditayangkan oleh media padahal kenyataannya tidak selalu demikian dan pemegang peran penting dalam penyebaran budaya tidak hanya dilakukan oleh media tetapi juga pemilik media tersebut.

·   Hermeneutik
Hermeneutik beranggapan bahwa TV adalah refleksi (pencerminan) budaya untuk manusia. Ada dua wajah pada proses hermeneutik disatu sisi budaya adalah produk manusia disisi lain budaya mendefinisikan prilaku manusia. TV menfasilitasi manusia untuk melakukan observasi[2], TV dapat merefleksikan/menjelaskan bagaimana budaya masyarakat lain atau pun jika menampilkan budaya sendiri menjelaskan elemen budaya lokal refleksi. Dengan kata lain kita dapat belajar bagaimana bersikap terhadap budaya kita dan budaya masyarakat lain agar tetap bisa survive degan kehidupan yang ada karena budaya adalah publik (dimiliki semua orang). Semisal saat sekelompok orang desa melihat kehidupan kota megapolitan Jakarta di TV mereka akan tahu bagaimana kehidupan kota di sana dengan segala bentuk budaya modern masyarakatnya. Penggambaran budaya lain dapat memberikan pengetahuan sekelompok orang tadi untuk menyikapi hal tersebut.
Kekurangan teori ini ialah kurang bisa mendefinisikan secara empiris bagaimana proses refleksi terjadi terlebih saat seseorang yang sedang menginterpretasi nilai lokal budayanya saat menyaksikan pogram luar negeri. Selain itu peran individu dinilai terlalu kuat/aktif menghadapi pengaruh gencarnya media.

·   Fungsional
Teori ini memiliki pendapat bahwa TV dijadikan sebagai penyatu elemen masyarakat. TV memiliki ttik fungsi kebendaan yang penting untuk menggambarkan sebuah masyarakat atau budaya. Untuk itu jika kita ingin memahami dua komponen tadi kita dapat melihat TV dan perannya dalam masyarakat seperti komunikasi masa yang terjadi antara media dan masyarakat dengan tiga kombinasi yakni mitos (sihir media dalam mempengaruhi dan menggerakkan opini publik), ritus (kegiatan masyarakat yang sudah menjadi sebuah ritual “menonton harian”) dan televisi. Bentuk kombinasi dan komunikasi masa dengan media TV juga menambah fungsi TV sebagai penyatu masyarakat untuk membangun identitas nasional.
   
Apilikasi Antropologi Media-Komunikasi
            Pergerakan budaya yang dinamis memunculkan pengetahuan baru, kebudayaan tidak selalu diwariskan secara genetik tatapi juga dapat dilakukan melalui maedia masa. Fenomena transmisi budaya ini terjadi pada seluruh media masa, bahkan dapat dikatakan media masa menjadi kendaraan primer untuk transmisi budaya (difusi, akulturasi dan asimilasi). Untuk itulah media masa dijadikan salah satu kajian utama untuk dipelajari lebih dalam pada Antropologi.
            Aplikasi Antropologi media masa mungkin tidak berlaku pada masyarakat pedalaman yang tidak ditemukan eksistensi media untuk transmisi budaya karena trnsmisi yang digunakan adalah bahasa dalam komunikasi personal. Lewat media berbagi gejala baru budaya akan bermunculan biasanya yang paling menonjol ialah cross culture. Tidak akan ada masyarakat yang terhindar dari cross culture jika mereka melihat TV karena saat melihat program TV mereka melihat (kontak) kebudayaan lain. Terkadang jika dirasa berbeda dan cocok dengan karakternya masyarakat akan menggunakan informasi baru yang didapat dari kebudayaan lain tersebut untuk diterapkan pada budaya lokalnya, namun hal baru tadi tidak dapat menghilangkan budaya asli masyarakat. berlawanan dengan itu jika program menayangkan bentuk budaya sendiri maka masyarakat dapat memperkaya pengetahuan dan menyadari khasanah budaya lokalnya. Mekanisme kontak budaya oleh media dapat dipahamai dengan menggunakan teori-teori yang telah diuraikan di atas. Secara global dapat diambil inti Antropologi Media mempunyai dua konsep kajian media yaitu media masa sebagai mekanisme untuk transmisi budaya dan beberapa elemen kebudayaan sekarang ini menggunakan media untuk transmisinya yang melahirkan berbagai fenomena masyarakat.
             


[1]  Proposal For Mass Media Anthropology dalam Mihai C & Eric W.R The Promise Of Media Anthropology hal.40
[2] ibid hal.41

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori-Teori Asaz Religi

Teori Evolusi Kebudayaan Part I

review film MIRACLE WORKER