Suku Minangkabau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan
yang mempunyai banyak pulau mulai dari garis 95º bujur barat-141º bujur barat berjajar daerah kepulauan dengan
beraneka ragam corak ras, suku dan kebudayaan. Letak geografis inilah yang
menjadi salah satu faktor munculnya keberanekaragaman suku dan budaya.Corak
kesukuan dan budaya dari Indonesia bagian timur, tengah, dan barat memiliki
khas masing-masing jika dikerucutkan.Tetapi semua itu semakin menambah kekayaan
budaya Indonesia.
Pada
Indonesia bagian barat dikenal beberapa suku seperti Suku Jawa, Madura, Batak,
Minangkabau, aceh dan masih banyak lainnya.Semua suku tersebut mendiami daerah
tertentu sebagai sentral dan mempunyai kebudayaan yang bercirikhas, tak
terkecuali untuk Suku Minangkabau.Suku minangkabau yang bersentral di daerah
Padang juga memiliki budaya yang menggambarkan latar belakang dan identitas
mereka.Keunikan-keunikan budaya dan istiadatnya tentu menarik untuk dikaji
lebih mendalam sehingga etos kebudayaan Minangkabau lebih tampak dan terasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
Sejarah Kebudayaan Minangkabau?
2.
Dimanakah Letak Geografis dan Daerah
Suku Minangkabau?
3. Bagaimana Bahasa/dialek suku
minangkabau?
4. Apa
Mata Pencaharian penduduk suku minangkabau?
5. Bagaimana
Organisasi social suku minang?
6. Bagaimana
Sistem Pengetahuan suku minang?
7. Apa
Kesenian suku minang yang menjadi cirri khas mereka?
8. Bagaimana
Sistem Religi yang dianut oleh suku minang?
1.3 TUJUAN
1. Memberikan
wawasan lebih mendalam tentang Suku Minangkabau.
2. Mengetahui
latar belakang dan sejarah suku dan budaya Minangkabau.
1. 3.Mengidentifikasi
unsur-unsur kebudayaan yang ada sehingga dapat mengetahui lebih konkret
khasanah budata Minangkabau.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Kebudayaan Minangkabau
Berdasarkan
historis, budaya Minangkabau berasal dari Luhak
Nan Tigo namun sumber lain menyebutkan bahwa nenek moyang
Suku Minangkabau berasal dari Par(h)iangan, Padang Panjang dan kemudian menyebar
ke berbagai daerah.
Budaya Minangkabau pada mulanya
bercorakkan budaya animisme dan Hindu-Budha.Kemudian sejak kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, adat dan budaya Minangkabau yang
tidak sesuai dengan hukum Islam dihapuskan. Para ulama yang
dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Haji Sumanik, mendesak Kaum Adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya
banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada
syariat Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu
kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat
Minang.
Reformasi budaya di Minangkabau
terjadi setelah Perang Padri yang berakhir pada tahun 1837.Hal
ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama,
tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai).Mereka bersepakat untuk
mendasarkan adat budaya Minang pada syariat Islam.Kesepakatan tersebut tertuang
dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.Syarak mangato
adat mamakai.(Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran).Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola
pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada
nilai-nilai Islam.
2.2
Letak Geografis dan Daerah Suku Minangkabau
Daerah asal yang dijadikan sentral kebudayaan Minangkabau
adalah daerah Sumatra Barat (tidak termasuk kepulauan Mentawai), seiring dengan
perkembangannya dan pegaruh derah rantau kebudayaan Minangkabau melingkupi
daerah bagian barat Riau (Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu), pesisir barat Sumatera Utara (Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus), bagian barat Jambi (Kerinci, Bungo), bagian utara Bengkulu (Mukomuko), bagian barat daya Aceh (Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh
Tenggara), hingga Negeri Sembilan di Malaysia.Dari uraian tersebut daerah rantau orang Minangkabau
diketahui cukup luas, penyebaran orang-orang Minangkabau jauh dari daerah
asalnya ini secara klasikal disebabkan oleh dua faktor.Pertama adalah keinginan
untuk mendapatkan harta atau kekayaan dari hasil usahanya sendiri (terutama
kaum laki-laki) tanpa nenggunakan tanah-tanah yang telah ada karena harta
warisan hanya diperuntukkan bagi keluarga matrilineal. Faktor kedua adalah
perselisihan-perselisihan yang menyebabkan orang merasa dikalahkan dan akan
pergi untuk menetap di daerah lain.
Orang
Minangkabau mempunyai pandangan tersendiri terhadap bentuk wilayahnya, secara
global terdiri dari republik-republik mini yang otonom bernama nagari-nagari.Wilayah
dibagi menjadi dua yaitu nagari dan taratak, nagari adalah daerah pusat yang
didalamnya terdapat aktivitas dan bangunan utama seperti lembaga
kepemerintahan, pemukiman, masjid, balai adat pasar dan lainnya.Sedangkan
daerah taratak adalah daerah pinggiran berupa lading, persawahan atau
hutan.Namun seiring perkembangan kebutuhan administratif dan industrialisasi
daerah taratak mulai hilang.
2.3 Bahasa
Bahasa yang
digunakan sebagai identitas Suku Minangkabau adalah bahasa Minangkabau yang
mempunyai hubungan erat dengan bahasa melayu.Banyak kesamaan antara bahasa
Minangkabau dengan bahasa Melayu hanya saja terdapat perbedaan pada
dialeknya.Daerah pemakaian bahasa MInangkabau dibedakan menjadi dua daerah
besar, yaitu daerah /a/ dan daerah /o/.
Bahasa melayu
|
Dialek /a/
|
Dialek /o/
|
Penat
|
Panek
|
Ponek
|
Apa
|
A
|
Ano
|
Mana
|
Ma
|
Mano
|
Kapan
|
Bila
|
Bilo
|
Contoh:
2.4
Mata Pencaharian
Orang minangkabau menggantungkan hidupnya pada
tanah, artinya pekerjaan utama mereka adalah bertanam, bertani dan berladang.
Di tempat yang subur dan cukup air orang minang biasanya mengusahakan sawah,
sedangkan di daerah subur yang tinggi orang minang bertanam sayur-mayur untuk
dijual seperti: kubis, tomat dan sebagainya. Pada daerah yang tidak subur
difunakan untuk menanam tanaman seperti: pisang, ubi kayu dan sebagainya.
Bila di daerah pesisir orang hidup dari tanah dan
juga dari hasil kelapa.Penduduk yang tinggal di pinggiran danau atau dipinggir
laut hidup dari penangkapan ikan, tetapi pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan
sambilan.
Semakin berkembangnya jaman, orang minang semakin
kritis dan mempunyai anggapan bahwa menggantungkan hidupnya pada tanah tidak
akan bisa menjadi orang kaya, sehingga mereka beralih dari bertani menjadi
pedagang yang memilih diantara 3 lapangan yaitu: tekstil, kelontong, dan rumah
makan.
Ada juga yang hidup dari kerajinan
tangan.Diantaranya kerajinan perak dari koto Gadang, pembuatan kain songket
dari Silungkang.Tetapi semakin digerusnya jaman kerajinan ini dipandang tidak
mempunyai prospek karena orang-orang disana jarang yang masih memakai songket.
2.5
Organisasi sosial
Salah
satu bentuk organisasi social adalah sistem kekerabatan.Masyarakat minangkabau
memperhitungkan garis keturunannya dari pihak ibu yang disebut garis
Matrilineal.Seorang ayah dalam keluarga dalam tidak termasuk dalam keluarga
isteri atau anaknya, sehingga keluarga batih (keluarga ayah/mertua dari pihak
laki-laki) menjadi kabur dalam sistem kekeluargaan minangkabau.
Anggota
dari sebuah keluarga minangkabau dapat dihitung dari dua generasi diatas ego
laki-laki dan satu generasi dibawahnya.
Kesatuan
keluarga yang terkecil seperti dijelaskan diatas disebut paruik (perut) dan
kesatuan ini merupakan kesatuan yang benar-benar bersifat genealogis. Ada juga
kesatuan lain seperti suku (klen matrilineal) dan kampueng.
Sehubungan
dengan penerapan sistem matrilineal dalam suku minangkabau, kepentingan suatu
keluarga (seperti perjodohan, upacara adat, dsb.) diurus oleh seorang saudara
laki-laki dari pihak keluarga ibu yang biasa disebut niniek mamak/mamak.Adat
asli/zaman dahulu perkawinan dalam suku minangkabau menganjurkan agar anak
laki-laki menikahi anak perempuan dari mamaknya dan mintuwo (bibik/istri
mamak).Perkawinan endogamy seperti ini sebisa mungkin untuk dilakukan. Dalam
perkawinan masyarakakt minangkabau tidak mengenal istilah mas kawin. Namun
sebaliknya, di beberapa daerah justri pihak perempuan yang memberi uang
jemputan berupa barang atau uang kepada pihak laki-laki sebagai lambing
permintaan agar bersedia menikahi pihak perempuan.Dalam masyarakat minangkabau
juga tidak ada larangan untuk laki-laki beristri lebih dari satu.
Istilah-istilah
sistem kekerabatan, diataranya urang
sumando (laki-laki yang menikahi perempuan dalam satu klen/paruik), pasumandan (kaum kerabat perempuan dari
pihak laki-laki), induk bako (keluarga
dari pihak ayah), anak pisang (anak
laki-laki dari sebuah paruik), datuek (pemimpin
dari sebuah keanggotaan formil).
2.6
Sistem Pengetahuan
AA. Navis dalam bukunya Alam terkembang jadi GurumenjelaskanBudaya Minangkabau
mendorong masyarakatnya untuk mencintai pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Sehingga sejak kecil, para pemuda Minangkabau telah dituntut untuk mencari ilmu.
Filosofi Minangkabau yang mengatakan bahwa "alam terkembang menjadi
guru", merupakan suatu adagium yang mengajak masyarakat Minangkabau untuk
selalu menuntut ilmu. Pada masa kedatangan Islam, pemuda-pemuda Minangkabau
selain dituntut untuk mempelajari adat istiadat juga ditekankan untuk
mempelajari ilmu agama.Hal ini mendorong setiap kaum keluarga, untuk mendirikan
surau sebagai lembaga pendidikan para pemuda kampong.
Setelah kedatangan imperium Belanda,
masyarakat Minangkabau mulai dikenalkan dengan sekolah-sekolah umum yang
mengajarkan ilmu sosial dan ilmu alam.Pada masa Hindia-Belanda, kaum Minangkabau merupakan salah satu kelompok masyarakat
yang paling bersemangat dalam mengikuti pendidikan Barat.Oleh karenanya, di
Sumatera Barat banyak didirikan sekolah-sekolah baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta.
Semangat pendidikan masyarakat
Minangkabau tidak terbatas di kampung halaman saja.Untuk mengejar pendidikan
tinggi, banyak diantara mereka yang pergi merantau.Selain ke negeri Belanda, Jawa juga merupakan tujuan mereka untuk
bersekolah.
2.7 Kesenian
a. Arsitektur
Arsitektur
Minangkabau merupakan bagian dari seni arsitektur khas Nusantara, yang
wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa.Sehingga banyak rumah-rumah
tradisionalnya yang berbentuk panggung, menggunakan kayu dan pasak, serta tiang
penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam. Namun ada beberapa kekhasan
arsitektur Minangkabau yang tak dapat dijumpai di wilayah lain, seperti atap
bergonjong.Bentuk gonjong diyakini berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang
sekaligus merupakan ciri khas etnik Minangkabau.
b. Masakan
Memasak
makanan yang lezat merupakan salah satu budaya dan kebiasaan masyarakat
Minangkabau.Hal ini dikarenakan seringnya penyelenggaraan pesta adat, yang
mengharuskan penyajian makanan yang nikmat.Masakan Minangkabau tidak hanya
disajikan untuk masyarakat Minangkabau saja, namun juga telah dikonsumsi oleh
masyarakat di seluruh Nusantara.Masakan Minangkabau merupakan
masakan yang kaya akan variasi bumbu. Oleh karenanya banyak dimasak menggunakan
rempah-rempah seperti cabai, serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, dan
bawang merah.Kelapa merupakan salah satu unsur pembentuk cita rasa masakan
Minang.Orang-orang Minang biasa menjual makanan khas mereka seperti rendang, asam pedas, soto padang, sate padang, dan dendeng balado di rumah makan yang biasa dikenal dengan Restoran Padang.Bahkan Rendang menjadi salah satu masakan khas Minangkabau
yang telah dinobatkan sebagai sepuluh makanan terlezat di dunia.
c. Literasi
Aksara Minangkabau
Masyarakat
Minangkabau telah memiliki budaya literasi sejak abad ke-12.Hal ini ditandai
dengan ditemukannya aksara Minangkabau.Kitab
Undang-Undang Tanjung Tanah
merupakan salah satu literatur masyarakat Minangkabau yang pertama.Tambo Minangkabau yang ditulis dalam Bahasa Melayu, merupakan literatur Minangkabau berupa historiografi
tradisional.Pada abad pertengahan, sastra Minangkabau banyak ditulis
menggunakan Huruf Jawi.Di masa ini, sastra Minangkabau
banyak yang berupa dongeng-dongeng jenaka dan nasehat.Selain itu ada pula
kitab-kitab keagamaan yang ditulis oleh ulama-ulama tarekat. Di akhir abad
ke-19, cerita-cerita tradisional yang bersumber dari mulut ke mulut, seperti Cindua Mato, Anggun Nan Tongga, dan Malin Kundang mulai dibukukan.
Pada abad
ke-20, sastrawan Minangkabau merupakan tokoh-tokoh utama dalam pembentukan
bahasa dan sastra Indonesia.Lewat karya-karya mereka berupa novel, roman, dan
puisi, sastra Indonesia mulai tumbuh dan
berkembang.Sehingga novel yang beredar luas dan menjadi bahan pengajaran
penting bagi pelajar di seluruh Indonesia dan Malaysia, adalah novel-novel berlatarbelakang budaya Minangkabau.
Seperti Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck,
Merantau ke Deli
dan Di
Bawah Lindungan Ka'bah
karya Hamka, Salah Asuhan karya Abdul Muis, Sitti Nurbaya karya Marah Rusli, dan Robohnya Surau Kami karya Ali Akbar Navis. Budaya literasi Minangkabau juga melahirkan tokoh penyair
seperti Chairil Anwar, Taufiq Ismail dan tokoh sastra lainnya Sutan Takdir
Alisjahbana.
d. Pantun dan
pepatah-petitih
Dalam
masyarakat Minangkabau, pantun dan pepatah-petitih merupakan salah satu bentuk
seni persembahan dan diplomasi yang khas.Pada umumnya pantun dan pepatah-petitih
menggunakan bahasa kiasan dalam penyampaiannya, Sehingga di Minangkabau,
seseorang bisa dikatakan tidak beradat jika tidak menguasai seni
persembahan.Meski disampaikan dengan sindiran, pantun dan pepatah-petitih
bersifat lugas.Di dalamnya tak ada kata-kata yang ambigu dan bersifat
mendua.Budaya pepatah-petitih, juga digunakan dalam sambah-manyambah untuk
menghormati tamu yang datang. Sambah-manyambah ini biasa digunakan ketika tuan
rumah (si pangka) hendak mengajak tamunya makan. Atau dalam suatu acara
pernikahan, ketika pihak penganten wanita (anak daro) menjemput
penganten laki-laki (marapulai).
Contoh:
- Anak dipangku, kamanakan
dibimbiang
(Artinya : anak diberikan nafkah dan disekolahkan, serta kemenakan
dibimbing untuk menjalani kehidupannya)
- Duduak marauk ranjau, tagak
meninjau jarak
(Artinya : hendaklah mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, dan jangan
menyia-nyiakan waktu)
- Dima rantiang dipatah, disinan
sumua digali
(Artinya : dimana kita tinggal, hendaklah menjunjung adat daerah
setempat)
- Gadang jan malendo, cadiak jan
manjua
(Artinya : seorang pemimpin jangan menginjak anggotanya, sedangkan
seorang yang cerdik jangan menipu orang yang bodoh)
- Satinggi-tinggi
tabang bangau, babaliaknyo ka kubangan juo
(Artinya : sejauh-jauh pergi merantau, di hari tua akan kembali ke
kampung asalnya).
e. Ukiran

f. Tarian
Tari-tarian
merupakan salah satu corak budaya Minangkabau yang sering digunakan dalam pesta
adat ataupun perayaan pernikahan.Tari Minangkabau tidak hanya dimainkan oleh
kaum perempuan tapi juga oleh laki-laki.Ciri khas tari Minangkabau adalah
cepat, keras, menghentak, dan dinamis.Adapula tarian yang memasukkan gerakan
silat ke dalamnya, yang disebut randai.Tari-tarian Minangkabau lahir dari
kehidupan masyarakat Minangkabau yang egaliter dan saling menghormati.Dalam
pesta adat ataupun perkawinan, masyarakat Minangkabau memberikan persembahan
dan hormat kepada para tamu dengan tari-tarian. Jenis tari Minangkabau antara
lain: Tari Piring, Tari
Payung, Tari Pasambahan, dan Tari
Indang.
g. Bela diri
Salah satu gerakan dalam Silat
Minangkabau
Pencak
Silat adalah seni bela diri khas masyarakat Minangkabau yang diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi.Pada mulanya silat merupakan bekal bagi
perantau untuk menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di
perantauan.Selain untuk menjaga diri, silat juga merupakan sistem pertahanan
nagari (parik paga dalam nagari).
Pencak
silat memiliki dua filosofi dalam satu gerakan.Pencak (mancak) yang berarti
bunga silat merupakan gerakan tarian yang dipamerkan dalam acara adat atau
seremoni lainnya.Gerakan-gerakan mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin
karena untuk pertunjukkan.Sedangkan silat merupakan suatu seni pertempuran yang
dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga
gerakan-gerakannya diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.
h. Musik
Budaya
Minangkabau juga melahirkan banyak jenis alat musik dan lagu.Di antara alat
musik khas Minangkabau adalah saluang, talempong, rabab, serta bansi.Keempat alat
musik ini biasanya dimainkan dalam pesta adat dan perkawinan.Kini musik Minang
tidak terbatas dimainkan dengan menggunakan empat alat musik tersebut.Namun
juga menggunakan istrumen musik modern seperti orgen, piano, gitar, dan drum.
Lagu-lagu Minang kontemporer, juga banyak yang mengikuti aliran-aliran musik
modern seperti pop, hip-hop, dan remix.
Sejak
masa kemerdekaan Indonesia, lagu Minang tidak hanya dinyanyikan di Sumatera
Barat saja, namun juga banyak didendangkan di perantauan.Bahkan adapula
pagelaran Festival Lagu Minangkabau yang diselenggarakan di Jakarta. Era
1960-an merupakan masa kejayaan lagu Minang. Orkes Gumarang pimpinan Asbon Madjid, merupakan salah satu kelompok musik yang banyak
menyanyikan lagu-lagu khas Minangkabau. Selain Orkes Gumarang,
penyanyi-penyanyi Minang seperti Elly Kasim, Ernie Djohan, Tiar Ramon, dan Oslan Husein, turut menyebarkan musik Minang ke seluruh Nusantara.
Semaraknya industri musik Minang pada paruh kedua abad ke-20, disebabkan oleh
banyaknya studio-studio musik milik pengusaha Minang.Selain itu, besarnya permintaan
lagu-lagu Minang oleh masyarakat perantauan, juga menjadi faktor kesuksesan
industri musik Minang.
2.8
Sistem Religi
Orang
minangkabau mayoritas beragama islam, bahkan bisa dibilang seluruh orang minang
beragama islam, karena bila seorang minang tidak beragama islam itu adalah hal
yang sangat aneh.
Di
minang orang hanya menganut agama islam secara nominal saja, tanpa melakukan
ibadahnya. Mereka hanya sekedar mempercayai Tuhan, dengan kata lain bisa
disebut islam ktp. Selain itu, orang minang ternyata juga percaya dengan
hal-hal yang tidak diajarkan dalam islam, seperti percaya pada hantu yang
mendatangkan bencana dan penyakit. Misalnya, kuntianak yang digambarkan seorang
perempuan yang menghisap dari darah ubun-ubun para bayi.
Tidak
ada upacara-upacara keagamaan yang khas bagi orang-orang minang.Adanya adalah
sembahyang hari raya puasa dan haji. Walaupun demikian dulu ada upacara
keagamaan yang penting, diantaranya: upacara tabuik, upacara khitan dan khatam
ngaji Qur’an serta upacara memperingati orang mati.
Upacara
tabuik dulunya ada di daerah pariaman dan padang,.Upacara ini adalah upacara
untuk memperingati hari kematian Hasan dan Husain.
Upacara
khitan dan khatam ngaji Qur’an dulunya diadakan di beberapa daerah di
minangkabau, berhubungan dengan peringatan-peringatan masa peralihan seperti,
upacara turun tanah atau turun mandi yaitu upacara menyentuhkan bayi dengan tanah
untuk pertama kali dan upacara kekah yaitu upacara memotong rambut bayi untuk
pertama kali.
Dulu di minang juga ada
upacara memperingati orang mati, selama tujuh hari berturut-turut setelah
seseorang dikubur.Seperti halnya yang dilakukan di jawa yang bernama tahlilan
dan do’a bersama, upacara memperingati orang mati ini diulang pada hari ke-40,
ke-100, dan ke-1000.Namun pada jaman sekarang upacara jenis ini sudah dilupakan
oleh kebanyakan orang di daerah minang.
Untuk sebutan kepada
tokoh masyarakat, orang minang biasanya menyebut dengan sebutan manti, angku kali ataukadi, tuanku atau syekh yang dianggap sebagai orang yang sakti. Konon katanya keadaan
ini telah mulai hilangdari minang seiring dengan berkembangnya pencampuran
kebudayaan dari luar.
2.9
Modernisasi adan Akulturasi
Sifat
kebudayaan yang dinamis membuat suku Minangkabau mengalami beberapa perubahan secara
perlahan. Adanya modernisasi dan akulturasi seperti angin baru yang membawa
nuansa lain masuk pada ruang kebudayaan suku Minangkabu. Modernisasi dan
akulturasi membuat orang Minang merealisasikan diri mereka tidak hanya terpaku
pada sistem adat, perubahan ini dapat dilihat dari contoh-contoh nyata, seperti
mulai kaburnya faham pernikahan endogami (harus dalam suku, keluarga atau
desa), adanya akulturasi budaya islam dan adat Minang, gaya arsitektur yang
lebih moderen.
Persoalan modernisasi
bukan lagi masalah baru dalam budaya Minangkabau, salah satu faktor terkuat
yang mendukung adalah pendidikan. Pendidikan mempengaruhi gaya pikir orang
minang, banyak diantara pemudanya melakukan urbanisasi untuk bersekolah. Dari
sinilah dampak perubahan terjadi dan bisa dipastikan akan terus berlangsung.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Suku bangsa Minangkabau bisa dikatakan suku
dengan kebudayaan yang secara umum sudah
banyak diketahui khalayak. Daerah asal atau sentral suku ini adalah pulau Sumatra
tepatnya Sumatra Barat. Meskipun demikian bukan berarti orang Minang hanya ada
di daerah Sumatra barat saja melainkan sudah banyak tersebar ke daerah-derah
lain. Ada yang mengatakan asal mula nenek moyang orang Minangkabau dari daerah
Luhak Nan Tigo ada juga yang mengatakan dari daerah parah(i)angan, Padang
Panjang. Daerah yang meliputi
Sebagaimana suku bangsa pada
umumnya, budaya suku Minangkabau meliputi beberapa unsur sebagai pranata yang
menjadikan suatu kebudayaan dapat terbentuk seperti: bahasa, sistem mata
pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian dan sistem religi.
Semua unsur pada kebudayaan Minangkabau memiliki khasanah dan etos tersendiri
yang berbeda dengan suku bangsa lain.
Seiring berjalannya waktu budaya
Minangkabau bergerak secara dinamis. Adanya modernisasi, akulturasi dan
berbagai pengaruh dari luar juga ikut mempengaruhi kehidupan orang-orang
minang, tak pelak mulai dari gaya hidup dan beberapa sistem sudah mengalami
perubahan sesuai dengan pengaruh yang masuk. Hal itu dapat dilihat dari contoh
kecil seperti bentuk rumah sebagian orang Minang sudah mengikuti arsitektur
modern dan berubahnya gaya busana atau upacara adat yang dibuat lebih
kondisional. Namun dengan adanya perubahan tersebut tetap mencerminkan kekhasan
budaya Minangkabu meskipun tidak senatural dari sebelumnya.
Daftar
Pustaka
A, A. Navis.
1982. Alam terkembang jadi Guru.
Bandung.
Koentjaraningrat.
1990. Manusia dan kebudayaan di Indonesia.
Jakarata: jambatan.
Komentar
Posting Komentar